TUGAS : ISD 1
DOSEN : RAMITA HAPSARI
NAMA : WAHYUDI SUSETYO
NPM :1B115170
Kabupaten
Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Ibu kotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di
ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di
timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten
Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten
Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang
terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2,
atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2).
Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan perhubungan
utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).
Kabupaten
Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah
pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat
Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu,
Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi
tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di pulau Jawa.
Penduduk
Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing,
namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo,
Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta
terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis.
Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman,
Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di pulau Jawa. Suku Osing
merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah
sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan Bahasa Osing,
yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami
di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Giri, Kota serta sebagian kecil di
kecamatan lain.
Perkembangan
Teknologi Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas sangat percaya bahwa teknologi
adalah gerbang kemajuan. Bupati Banyuwangi ini kemudian mencanangkan konsep
digital society. Sebanyak 1.500 titik WiFi disebar di hampir seluruh penjuru
Banyuwangi. Tujuannya, agar masyarakat bisa mengakses informasi dan ilmu
pengetahuan, serta meningkatkan kualitas pelayanan terhadap warganya. Tidak
sia-sia, konsep yang dijalankan sejak kepemimpinannya di 2010 ini menampakkan
hasil. Jika biasanya wilayah yang terletak di perbatasan antar pulau dicirikan
tertinggal dan diabaikan, tidak demikian dengan wajah Banyuwangi kini. Bupati
muda ini berhasil mengubah wajah Banyuwangi.
Smart Kampung
Alih-alih menyebut smart city, Anas, demikian sapaan akrabnya, lebih suka menyebutnya smart kampung. Konsep yang dirintisnya ini perlahan mendidik warga dan jajaran pemerintahannya melek TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Secara bersamaan, Anas juga menggiatkan konsep digital society.
“Bagi Banyuwangi, konsep digital society adalah kebutuhan. Dengan jarak yang jauh antar desa dan kecamatan, untuk meningkatkan pelayanan kendaraannya harus IT,” kata ayah dari satu orang putra ini.
Dia tak serta merta menerapkan konsep smart city di wilayah yang dipimpinnya. Dikatakannya, setiap daerah punya punya tantangan dan peluang berbeda. Konsep smart city yang diusung suatu kota, belum tentu cocok diterapkan di kota lain.
“Kegagalan suatu daerah adalah ketika dia mengkloning di daerah lain yang tidak sesuai dengan peluang dan basis yang ada di daerahnya,” Anas mengingatkan.
Itu juga salah satu alasannya lebih suka menyebut konsepnya sebagai smart kampung dan digital society. Dikatakannya, smart kampung dengan digital society adalah kombinasi yang bisa menggerakkan masyarakat melek IT.
“Konsep smart city mungkin cocok. Tapi saya fokus bagaimana smart city ini lebih fokus ke masyarakatnya. Makanya saya lebih suka menyebutnya digital society. Karena rakyat harus bisa menikmati dan terlibat. Mereka ikut belajar dan mendapatkan manfaatnya,” ujarnya.
Warga dan Pemkab Melek IT
Sejak mulai diterapkan pada awal kepemimpinannya, Anas mengaku perkembangan konsep yang digagasnya di luar ekspektasi. Dikatakannya, pemanfaatan IT oleh warga dan instansi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi cukup merata dan mereka mau terus belajar.
“Kami melihat bagaimana anak-anak menggunakan WiFi secara lebih terarah, jajaran Pemkab memanfaatkan IT untuk pelayanan publik. Misalnya di Kelurahan, bagaimana mereka bisa mengeluarkan surat keterangan kelakuan baik secara online. Memangkas birokrasi, tak perlu jauh-jauh datang. Jadi itu akan lebih efisien,” ujarnya.
Anas sempat kewalahan memenuhi permintaan pemasangan titik-titik WiFi di Banyuwangi. Namun demikian, dia patut gembira karena artinya antusiasme terhadap akses informasi melalui konektivitas WiFi begitu tinggi.
“Kami pasang titik-titik WiFi dan Telkom kan memantau ini. Banyak yang memasang WiFi hanya hiasan. Di daerah kami benar-benar dipakai. Yang menarik, tahun 2013 Banyuwangi juara 1 digital society dari pemakai titik WiFi satuan terbesar di Indonesia,” kata suami dari Ipuk Fiestiandani berbangga hati.
Berdasarkan data Telkom, saat ini sudah ada 1.500 titik WiFi di Banyuwangi, tersebar mulai dari jajaran pemerintahan, rumah sakit, puskesmas, taman umum, sampai mesjid dan gereja.
Pada triwulan pertama 2015, jumlah rata-rata pengakses WiFi Telkom per bulan di Banyuwangi meningkat 132% dibandingkan tahun lalu. Di 2014, rata-rata pengakses WiFi 290.682 per bulan. Triwulan pertama 2015, jumlahnya naik jadi 384.283.
Meski demikian, Anas tak memungkiri bahwa kemajuan di bidang IT akan disertai juga dengan berbagai tantangannya. Salah satunya adalah penyalahgunaan IT. Dengan jaringan yang begitu banyak di Banyuwangi, penyalahgunaan ini bisa menjadi masalah berat.
“Maka literasi IT itu sangat perlu. Bagaimana jalan mencari data. Pendidikan bagi warga terutama anak-anak mengakses internet sehat itu penting. Di satu sisi kita tidak bisa memblokir anak-anak menjadi tidak kenal internet. Maka pilihannya adalah mengenalkan internet yang sehat sejak awal,” sebutnya.
Bersiap Jadi Kampung Broadband
Sebagai sosok visioner, Anas melihat bahwa ke depannya, digital kreatif akan menjadi alternatif para generasi muda menghasilkan karya. Untuk mengantisipasi hal itu, Banyuwangi sedang bersiap menggelar fiber optik. Berdasarkan PP No.96 tahun 2014, Banyuwangi masuk dalam 5 Kabupaten di Indonesia yang menjadi percontohan broadband nasional.
Anas meyakini masa depan masyarakat ditentukan oleh teknologi informasi dan pengembangan broadband. Tak heran, Anas dan jajarannya serius menggarap TIK dalam program pembangunan daerahnya. TIK bahkan masuk dalam lima besar pembangunan infrastruktur yang penting setelah jembatan, jalan, pelabuhan dan bandara.
"Pertumbuhan 10% infrastruktur broadband, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8 persen. Manfaatnya luas untuk meningkatkan kehidupan masyarakat," katanya.
Di bawah kepemimpinannya, terdapat lima prioritas pembangunan TIK dalam desain besar yang disebutnya smart kampung, yakni meliputi e-pemerintahan, e-kesehatan, e-pendidikan, e-logistik, dan e-pengadaan.
Sebagai pemenang Indonesia Digital Society Award 2014, Anas dan warganya membuktikan Banyuwangi bisa menerapkan TIK untuk menunjang pelayanan publik, baik untuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, administrasi kependudukan dan yang paling terkenal tentu saja kesuksesan mereka mempromosikan pariwisata.
Alih-alih menyebut smart city, Anas, demikian sapaan akrabnya, lebih suka menyebutnya smart kampung. Konsep yang dirintisnya ini perlahan mendidik warga dan jajaran pemerintahannya melek TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Secara bersamaan, Anas juga menggiatkan konsep digital society.
“Bagi Banyuwangi, konsep digital society adalah kebutuhan. Dengan jarak yang jauh antar desa dan kecamatan, untuk meningkatkan pelayanan kendaraannya harus IT,” kata ayah dari satu orang putra ini.
Dia tak serta merta menerapkan konsep smart city di wilayah yang dipimpinnya. Dikatakannya, setiap daerah punya punya tantangan dan peluang berbeda. Konsep smart city yang diusung suatu kota, belum tentu cocok diterapkan di kota lain.
“Kegagalan suatu daerah adalah ketika dia mengkloning di daerah lain yang tidak sesuai dengan peluang dan basis yang ada di daerahnya,” Anas mengingatkan.
Itu juga salah satu alasannya lebih suka menyebut konsepnya sebagai smart kampung dan digital society. Dikatakannya, smart kampung dengan digital society adalah kombinasi yang bisa menggerakkan masyarakat melek IT.
“Konsep smart city mungkin cocok. Tapi saya fokus bagaimana smart city ini lebih fokus ke masyarakatnya. Makanya saya lebih suka menyebutnya digital society. Karena rakyat harus bisa menikmati dan terlibat. Mereka ikut belajar dan mendapatkan manfaatnya,” ujarnya.
Warga dan Pemkab Melek IT
Sejak mulai diterapkan pada awal kepemimpinannya, Anas mengaku perkembangan konsep yang digagasnya di luar ekspektasi. Dikatakannya, pemanfaatan IT oleh warga dan instansi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi cukup merata dan mereka mau terus belajar.
“Kami melihat bagaimana anak-anak menggunakan WiFi secara lebih terarah, jajaran Pemkab memanfaatkan IT untuk pelayanan publik. Misalnya di Kelurahan, bagaimana mereka bisa mengeluarkan surat keterangan kelakuan baik secara online. Memangkas birokrasi, tak perlu jauh-jauh datang. Jadi itu akan lebih efisien,” ujarnya.
Anas sempat kewalahan memenuhi permintaan pemasangan titik-titik WiFi di Banyuwangi. Namun demikian, dia patut gembira karena artinya antusiasme terhadap akses informasi melalui konektivitas WiFi begitu tinggi.
“Kami pasang titik-titik WiFi dan Telkom kan memantau ini. Banyak yang memasang WiFi hanya hiasan. Di daerah kami benar-benar dipakai. Yang menarik, tahun 2013 Banyuwangi juara 1 digital society dari pemakai titik WiFi satuan terbesar di Indonesia,” kata suami dari Ipuk Fiestiandani berbangga hati.
Berdasarkan data Telkom, saat ini sudah ada 1.500 titik WiFi di Banyuwangi, tersebar mulai dari jajaran pemerintahan, rumah sakit, puskesmas, taman umum, sampai mesjid dan gereja.
Pada triwulan pertama 2015, jumlah rata-rata pengakses WiFi Telkom per bulan di Banyuwangi meningkat 132% dibandingkan tahun lalu. Di 2014, rata-rata pengakses WiFi 290.682 per bulan. Triwulan pertama 2015, jumlahnya naik jadi 384.283.
Meski demikian, Anas tak memungkiri bahwa kemajuan di bidang IT akan disertai juga dengan berbagai tantangannya. Salah satunya adalah penyalahgunaan IT. Dengan jaringan yang begitu banyak di Banyuwangi, penyalahgunaan ini bisa menjadi masalah berat.
“Maka literasi IT itu sangat perlu. Bagaimana jalan mencari data. Pendidikan bagi warga terutama anak-anak mengakses internet sehat itu penting. Di satu sisi kita tidak bisa memblokir anak-anak menjadi tidak kenal internet. Maka pilihannya adalah mengenalkan internet yang sehat sejak awal,” sebutnya.
Bersiap Jadi Kampung Broadband
Sebagai sosok visioner, Anas melihat bahwa ke depannya, digital kreatif akan menjadi alternatif para generasi muda menghasilkan karya. Untuk mengantisipasi hal itu, Banyuwangi sedang bersiap menggelar fiber optik. Berdasarkan PP No.96 tahun 2014, Banyuwangi masuk dalam 5 Kabupaten di Indonesia yang menjadi percontohan broadband nasional.
Anas meyakini masa depan masyarakat ditentukan oleh teknologi informasi dan pengembangan broadband. Tak heran, Anas dan jajarannya serius menggarap TIK dalam program pembangunan daerahnya. TIK bahkan masuk dalam lima besar pembangunan infrastruktur yang penting setelah jembatan, jalan, pelabuhan dan bandara.
"Pertumbuhan 10% infrastruktur broadband, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8 persen. Manfaatnya luas untuk meningkatkan kehidupan masyarakat," katanya.
Di bawah kepemimpinannya, terdapat lima prioritas pembangunan TIK dalam desain besar yang disebutnya smart kampung, yakni meliputi e-pemerintahan, e-kesehatan, e-pendidikan, e-logistik, dan e-pengadaan.
Sebagai pemenang Indonesia Digital Society Award 2014, Anas dan warganya membuktikan Banyuwangi bisa menerapkan TIK untuk menunjang pelayanan publik, baik untuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, administrasi kependudukan dan yang paling terkenal tentu saja kesuksesan mereka mempromosikan pariwisata.
Seharusnya kota-kota lain bisa mencotoh seperti
banyuwangi bisa melek dengan telnologi untuk memajukan pendapatan masyarakatnya
dan meningkatkan perkembangan infrastuktur daerahnya dan harus mengurangi
dampak negatif dari teknologi itu sendiri.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banyuwangi