Pendahuluan
Pengertian organisasi adalah suatu kelompok orang yang
mempunyai tujuan yang sama. Tujuan merupakan hasil yang berupa barang, jasa,
uang, pengetahuan dan lain-lain. Sedangkan pengertian dari sosial adalah
manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya (dikutip
dari W3 dictionary). Dengan demikian sistem sosial merupakan orang-orang
dalam masyarakat dianggap sebagai sistem yang disusun oleh karakteristik dari
suatu pola hubungan dimana sistem tersebut bekerja untuk mewujudkan
keinginannya. Beberapa hal yang menggambarkan organisasi sebagai sistem sosial
antara lain dengan adanya organisasi sosial.
Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan
tentang bagaimana orang bertindak di dalam organisasi. Dengan demikian dalam
kaitannya dengan organisasi sebagai sistem sosial maka kajian perilaku organisasi
mencakup berbagai aspek seperti : publik, bisnis, sosial dll. Kita tahu bahwa
hampir semua pekerjaan dilakukan dalam lingkup sosial. Begitupula dengan
organisasi, organisasi akan berjalan dengan baik jika diatur dengan sistem yang
baik sehingga cakupan sosial didalamnya dapat bekerja sesuai pakem yang telah
diatur dalam suatu sistem. Cakupan sosial yang dimaksud adalah pekerjaan,
komunikasi serta koordinasi yang dilakukan dalam organisasi tersebut untuk
mencapai tujuan bersama.
Faktor faktor Organisasi antara lain (menurut
John Willey)
- Manusia
- Teknologi yang digunakan
- Tugas/ kerja
- Budaya organisasi
Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam
organisasi. Manusia itu sendiri merupakan makhluk social. Dan dalam organisasi
manusia bekerja tidak sendiri, maka manusia melakukan komunikasi serta
koordinasi dalam bekerja. Dengan demikian aspek sosial tidak dapat dipisahkan
dari organisasi. Dan dapat dikatakan juga bahwa Sistem sosial itu juga
merupakan organisasi dan sebaliknya.
A. Organisasi Dipandang Sebagai
Perwujudan Tingkah Laku Orang-orang yang Mengakomodasi Interaksi Berstruktur
Sistem adalah komponen-kmponen yang mempunyai hubungan
antara satu dengan yang lainnya, yang saling berpengaruh dan tak dapat
dipisahkan. Menurut Dr. Nasikin suatu sistem sosial, pada dasarnya tidak lain
adalah suatu sistem dari pada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi
sosial yang terjadi diantara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang.
Sedangkan menuurut sistem organik organisasi-organisasi yang ada dapat
dibandingkan dengan sistem biologis yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Di bawah ini unsur sistem sosial berdasarkan unsur sistem:
- Adanya elemen-elemen yaitu masyarakat,
- Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian dalam setiap individu,
- Elemen-elemen masyarakat menjadi satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan,
- Mempunyai tujuan yang sama dalam lingkungan sosial.
Sedangkan organisasi sebagai sistem mempunyai ciri-ciri
diantaranya:
- Terbuka, yaitu sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar baik positif maupun negatif.
- Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, maksudnya organisasi mempunyai struktur yang jelas dari susunan atas sampai bawah dalam struktur organisasi.
- Diantara sub sistem terjadi ketergantungan dalam organisasi adanya kegiatan dimana proses yang dilakukan dan dikerjakan secara bertahap dan teratur sesuai dengan prosedurnya.
- Kemampuan menyesuaikan diri, organisasi harus mempunyai sifat fleksibel dalam menyikapi lingkungan sosial yang berbeda termasuk individu didalamnya.
- Adanya tujuan, organisasi harus menentukan tujuan yang dicapainya agar dapat menukur tingkat keberhasilan organisasi itu sendiri.
- Mempunyai batas, suatu organisasi meskipun terbuka tetapi harus mempunyai batasan-batasan dengan lingkungan sosial, karena meskipun organisasi berbaur dengan lingkungannya namun tidak menjadikan organisasi itu lebur dengan lingkungan sosial karena organisasi pada dasarnya mempunyai prinsip yang dianut.
- Mekanisme control, organisasi menerima masukan-masukan dari masyarakat khususnya stakeholder untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk organisasi.
Organisasi sebagai sistem pada dasarnya yaitu suatu
organisasi harus mampu bertahan dan berkembang dalam lingkungannya dan
menghadapi komponen-komponen sosial yang terjadi didalamnya.
Perilaku setiap individu dalam interaksi berstruktur
berbeda-beda tergantung dari individu tersebut, tingkah laku interaksi
berstruktur dalam organisasi artinya perilaku individu yang terjadi interaksi
dalam sebuah struktur organisasi tersebut, atau perilaku individu dalam
berinteraksi yang terkait dengan pekerjaan organisasi. Dibawah ini terdapat dua
model desain organisasi:
~ Model mekanik, merupakan model struktur birokrat
dimana kekuasaan tertinggi dipegang penuh oleh pemimpin teratas.
Keunggulan dari model ini yaitu:
- Adanya spesialisasi yang tinggi dalam pembagian tugas sehingga produktivitas tenaga kerja tinggi.
- Adanya sentralisasi dimana setiap keputusan dan tindakan dalam tiap-tiap bagian harus diketahui oleh pemimpin sehingga organisasi terkontrol.
- Adanya rantai perintah yang jelas seperti pembagian kerja dan jabatan structural yang jelas, termasuk wewenang dan tanggung jawab setiap individu.
Sedangkan kekurangan model ini diantaranya:
- Spesialisasi pekerjaan mengakibatkan tenaga kerja merasa jenuh dan kemampuannya kurang berkembang.
- Hubungan formal yang tinggi mengakibatkan terjadinya hubungan yang kaku dalam setiap individu didalamnya.
~ Model organik, dapat dikatakan model struktur
yang sifatnya kerja sama.
Keunggulan model ini diantaranya:
- Arus informasi bebas sehingga tenaga kerja dapat bebas memperoleh informasi yang ia butuhkan.
- Desentralisasi yaitu setiap bagian mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh dalam kegiatan organisasi sehingga setiap individu mempunyai peran serta dalam pengambilan keputusan.
- Formalisasi rendah sehingga hubungan yang terjalin lebih harmonis dan kekeluargaan yang membuat produktivitas menjadi tinggi.
Kekurangan dari model ini adalah tidak adanya kejelasan dari
pemimpin, sehingga keberhasilan organisasi terletak pada kesadaran setiap
tenaga kerja didalamnya.
B. Model Getzels untuk memberi gambaran
tentang organisasi sebagai proses interaksi sosial
Model Getzels dimulai dengan pertimbangan tentang latar
belakang yang paling umum dari perilaku antar pribadi atau sosial, yaitu suatu
sistem sosial tertentu. Suatu system ialah sekelompok bagian atau badan yang membentuk
suatu keseluruhan yang dipersatukan. Jika satu bagian dari sistem berubah,
bagian-bagian lain akan berubah atau memaksa bagian yang menyimpang itu
menyelaraskan dengan sistem yang ada. Karena suatu sistem ditandai dengan
hubungan timbal-balik antara bagian-bagiannya, bagian-bagiannya tersebut hanya
bisa dipahami dalam hubungan dengan keseluruhannya. Begitu pula keseluruhannya
hanya bisa dipahami dalam hubungan dengan unsur-unsurnya dan bagian-bagian
integralnya.
Menurut Getzels, organisasi selaku sistem sosial memiliki
dua dimensi, yaitu dimensisosiologi dan dimensi psikologis.
Dimensi sosiologis disebut juga dengan
dimensi nomotetis yaitu mengacu kepadalembaganya yang
ditandai dengan peranan-peranan dan harapan-harapan tertentu sesuai
tujuan-tujuan sistem tersebut.
Sedangkan dimensi psikologis disebut juga
dimensi idiografis yaitu mengacu kepada individu-individu yang
menempati sistem, masing-masing dengan kepribadian dan disposisi kebutuhan
tertentu.
Dimensi nomotetis
Untuk memahami sifat perilaku yang nampak – dan untuk bisa
meramalkan dan mengendalikannya – sifat dan hubungan dari unsur-unsurnya harus
dipahami.
Istilah organisasi atau lembaga menunjuk
kepada badan-badan yang didirikan untuk menjalankan “fungsi-fungsi
institusional bagi sistem sosial secara keseluruhan”. Semua lembaga memiliki
fungsi-fungsi imperative tertentu yang harus dilaksanakan menurut cara-cara
rutin tertentu pula. Fungsi-fungsi ini – seperti memerintah, memeriksa,
mengadili, mendidik, dan seterusnya – bisa disebut telah melembaga, dan
badan-badan yang didirikan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah melembaga
ini bagi sistem sosial secara keseluruhan bisa disebut “lembaga”.
Suatu bagian yang penting dari lembaga atau organisasi ialah
peranan. Peranan ialah “aspek-aspek dinamis dari kedudukan dan
jabatan di dalam suatu lembaga”, dan ia menetapkan perilaku para pemegang
peranan itu. Di lingkungan sekolah para pemegang peranan ini meliputi kepala
kantor pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, dan personil lain. Peranan
didefinisikan dalam kata-kata harapan-harapan, yaitu “kewajiban dan
tanggung jawab” yang harus dijalankan oleh pemegang peranan. Harapan-harapan
ini menetapkan bagi pemegang peranan, siapa pun pemegang peranan itu, apa yang
ia harus dan tidak harus lakukan selama ia pemegang dari peranan tertentu itu.
Suaatu sifat pokok dari peranan-peranan ialah bahwa satu
sama lain saling melengkapi. Setiap peranan memperoleh serta maknanya dari
peranan lain yang berhubungan. Sifat saling melengkapi inilah yang
mempersatukan dua peranan atau lebih menjadi unit yang berpadu dan interaktif,
yang memungkinkan kita memahami suatu organisasi sebagai struktur yang
karakteristik.
Pada tahap analisa ini para pemegang peranan mungkin dapat
dipikirkan selaku “aktor-aktor” yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi,
seakan-akan semua pemegang peranan itu semua benar dan seolah-olah menjalankan
peranan tertentu dengan cara yang sama. Hal ini memungkinkan pemahaman dan
ramalan kasar tertentu mengenai perilaku dalam suatu organisasi.
Dimensi idiografis
Mengetahui sekedar sifat peranan dan harapan di dalam suatu
lembaga tidak cukup, peranan-peranan itu ditempati oleh individu-individu yang
nyata, dan tidak ada individu yang sama. Setiap inidividu memberi sifat khas
kepada peranan yang ditempatinya itu dengan gaya unik dari pola kepribadiannya
yang karakteristik. Singkatnya, sebagai tambahan kepada aspek nomotetis atau
institusional, aspek-aspek idiografis dan psikologis haus dipertimbangkan juga.
Dimensi individu bisa dianalisa menjadi unsure-unsur
kepribadian dan diposisi kebutuhan.
Suatu perbuatan diturunkan serentak dari dimensi-dimensi
iidiografis dan nomotetis. Artinya, perilaku sosial terjadi bila
seseorang berusaha untuk mengatasi suatu lingkungan yang terdiri dari pola
harapan bagi perilakunya dengan cara yang cocok dengan pola kebutuhannya
sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku dalam organisasi adalah suatu
fungsi dari perana institusional tertentu yang ditetapkan oleh harapan-harapan
yang dikaitkan kepadanya, dan kepribadian dari pemegang peranan tertentu yang
ditetapkan oleh disposisi kebutuhannya. Pada waktu yang sama dimensi individual
dari organisasi menuntut terpenuhinya kebutuhan dan keinginan indivisual
sehingga organisasi bisa menjadi efisien dan efektif.
Perluasan Model; Dimensi antropologis
Dengan memfokuskan kepada dimensi sosiologis dengan konsep
peranan dan dimensi psikologis dengan konsep kepribadian orang mudah melupakan
dimensi dan variable perilaku sosial lain. Sehubungan dengan itu Getzels
memperingatkan adanya perangkat konsep lain yang diturunkan dari dimensi antropologis yaitu
dimensi kultural.
Getzel dan Thelen, menyadari keterbatasan konsep proses
sosial itu, telah mengembangkan suatu dimensi baru yang dimaksudkan untuk
melukiskan dengan lebih memadai kenyataan organisasi di lingkungan masyarakat
yang lebih luas lagi. Lembaga/organisasi dan individu bisa dilihat dalam
kata-kata kultural, mengingat mereka terpancang dalam suatu kultur dengan
tradisi dan nilai-nilainya yang spesifik. Sehingga, sifat peranan-peranan
institusional dan kepribadian individu berkaitan dengan tradisi yang spesifik
dari kultur itu, dan harapan-harapan serta disposisi kebutuhan dengan
nilai-nilainya.
Guru, misalnya, tidak bisa mengabdikan dirinya dengan
efektif kepada pendidikan kecerdasan akal biila jenis pendidikan serupa itu
tidak didukung oleh tradisi. Murid tidak bisa diharapkan akan mengejar prestasi
belajar yang optimum di sekolah, jika prestasi optimum bukan suatu nilai
kultural. Dalam pengertian inilah harus diingat bahwa bersamaan dengan
dimensi-dimensi sosiologis dan psikologis itu berinteraksi dengan dimensi
kultural atau antropologis.
Penutup
Organisasi dikatakan sebagai suatu sistem sosial, karena
organisasi merupakan suatu wadah yang merupakan tempat orang berinteraksi yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing
dalam organisasi tersebut dan mempunyai tujuan dari proses interaksi mereka,
sedangkan dalam pelaksanaannya organisasi tidak terlepas dari keadaan sosial
atau masyarakat, yang artinya organisasi bersifat terbuka. Sistem sosial yang
dimaksudkan adalah organisasi tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat, sehingga terdapat hubungan antara organisasi dan
masyarakat.
Sedangkan masyarakat adalah kumpulan individu-individu dalam
suatu tempat yang berlangsung untuk jangka waktu yang sangat lama bahkan seumur
hidup dan terjadi proses interaksi diantara mereka sehingga terjadi atau
terbnetuk suatu peraturan-peraturan yang mengikat kehidupan mereka. Maka dari
pada itu, Getzels dan Guba, menggambarkan organisasi sebagai sistem sosial yang
dilihat dari proses interaksi sosialnya yang dilakukan oleh seorang pemimpin
yaitu terdapat interaksi yang sangat jelas antara lembaga dan individu atau
para anggota organisasi yang merupakan bagian dari masyarakat dalam menjalankan
suatu organisasi.
Oleh karena itu, organisasi sebagai sistem sosial perlu
dipejari dalam kajian perilaku organisasi karena kajian perilaku organisasi
juga menyangkut pada perilaku atau kondisi masyarakat yang dapat mempengaruhi
pada perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Daftar Referensi
Nasikin. (2006). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta:
PT Grafindo Persada.
Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan
Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Patria, Daisy. (2010). Sistem Perilaku Organisasi. [Online].
Tersedia:http://eziekim.wordpress.com/2010/01/09/sistem-perilaku-organisasi/ [20
September 2010].
No comments:
Post a Comment