A. PENDAHULUAN
Teori umum sistem awalnya dipelopori oleh ahli biologi
Ludwig Von Bertalanffy yang menulis bahwa a system is
characterized by interactions of its components and the nonlinearity of those
interactions. Von
Bertalanffy memperluas teori sistim termasuk sistim biologi (biological
systems). Von Bertalanffy dkk membentuk suatu
perkumpulan untuk pengembangan teori sistim kemudian mempublikasikan General System
Theory : Foundation, Development, and Applications yang menulis bahwa Systems
theory is a transdisciplinary approach that abstracts and considers a system as
a set of independent and interactions part.
Teori sistem
memiliki dua konsep dasar yaitu: konsep subsistem yang melihat hubungan antar
bagian sebagai hubungan sebab akibat. Konsep kedua memandang sebab jamak (multiple
causation) sebagai hubungan yang saling berkaitan yakni tiap bagian
merupakan kompleks (kumpulan) yang tiap faktornya saling berkaitan. (Owens;
1987). Sistem adalah
suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan
atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
Organisasi
adalah sekelompok individu yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu
dalam suatu sistem kerja yang mempunyai kejelasan dalam pembagian kerja atau
peran. Organisasi memilki subsistem yang saling berhubungan dan membutuhkan
untuk menguatkan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Organisasi merupakan sekumpulan orang yang
bekerja bersama dalam suatu divisi untuk mencapai tujuan bersama (Schermerhorn,
dkk., 1997:9). Tujuan ini tidak saja untuk organisasi itu sendiri melainkan
juga untuk kepentingan masyarakat.
B. KLASIFIKASI SISTEM
Sebagai bagian
yang sangat penting dalam mendukung suatu organisasi, maka sistem dapat dilihat
dalam beberapa jenis, menurut Kambey (2010:39-41) antara lain:
1. Sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia.
Sistem alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena proses alamiah, dan tidak terpengaruh campur tangan manusia; seperti sistem tata surya.
Sistem buatan manusia (human mode system) adalah sistem yang dirancang dan diciptakan manusia, misalnya sistem tata organisasi.
Sistem alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena proses alamiah, dan tidak terpengaruh campur tangan manusia; seperti sistem tata surya.
Sistem buatan manusia (human mode system) adalah sistem yang dirancang dan diciptakan manusia, misalnya sistem tata organisasi.
2. Sitem terbuka (open system) dan sitem tertutup (closed system)
Sistem terbuka (open system) adalah sistem yang selalu berhubungan dengan lingkungan luarnya (interrelation) dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga terjadi memberi dan menerima informasi, energy, dan materi-materi dari lingkungannya.
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja mengikuti pola yang tetap secara sebab akibat (suatu saat sistem inipun akan dipengaruhi oleh lingkungannya).
Sistem terbuka (open system) adalah sistem yang selalu berhubungan dengan lingkungan luarnya (interrelation) dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga terjadi memberi dan menerima informasi, energy, dan materi-materi dari lingkungannya.
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja mengikuti pola yang tetap secara sebab akibat (suatu saat sistem inipun akan dipengaruhi oleh lingkungannya).
3. Sistem sederhana (simple system) dan sistem kompleks (sophisticated
system)
Pembagian sistem ini didasarkan pada tingkat kerumitannya
Pembagian sistem ini didasarkan pada tingkat kerumitannya
4. Sistem deterministic (deterministic system) dan sistem probabilistic
(probabilistic system). Sistem deterministic (deterministic system)
adalah suatu sistem yang operasinya dapat diramalkan secara tepat dan pasti.
Sistem probabilistik (probabilistic system) adalah sistem yang tak
adapat diramal dengan tepat dan pasti karena mengandung unsur kemungkinan.
C. PENDEKATAN SISTEM
Sistem dapat
diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi
sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan
berinteraksi dengan lingkungan.
Model sistem
sebagaimana digambarkan oleh Bertalanffy yang terkenal dengan General
System Theory (GST). Karakteristik GTS adalah (1) input
organisasi; biasanya diperoleh dari lingkungan, seperti bahan mentah, manusia,
modal, dan informasi (2) proses transformasi; kegiatan dalam organisasi,
seperti sistem produksi, pengendalian, administrasi (3) output;keluaran
yang dihasilkan ke lingkungan, seperti produk, keuntungan, informasi (4) feedback; umpan
balik. Sehingga setiap organisasi memiliki pendekatan-pendekatan dalam
sistemnya yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi yang cocok dari
teori-teori sistem guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan praktik
manajerialnya. Sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam sistem suatu
organisasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Sistem terbuka. Sistem yang terbuka berarti sistem tersebut berinteraksi
dengan lingkungan. Sebaliknya sistem yang tertutup adalah sistem yang tidak
berinteraksi dengan lingkungan. Semua organisasi merupakan sistem terbuka,
meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda.
2. Sub-sistem. Sub-sistem merupakan bagian dari sistem. Dalam sistem, sub-sub
sistem saling mempengaruhi. Sehingga agar dapat mengendalikan sistem dengan
seksama dan sinergis, maka sistem harus dilihat secara komprehensif, artinya
sistem dapat terbangun bila sub-sub sistem berfungsi secara sempurna.
3. Sinergi. Jika sub-sub sistem bekerjasama, maka hasil yang diperoleh akan
lebih efektif dibandingkan bekerja secara sendiri-sendiri. Sinergi sering
dikaitkan dengan merger dimana dua organisasi yang bersatu akan lebih efisien
dibandingkan dengan jika dua organisasi berjalan sendiri-sendiri, terutama pada
organisasi-organisasi yang mengelola produk.
4. Batasan sistem. Batasan sistem membatasi sistem dengan lingkungannya. Dalam
sistem yang terbuka, biasanya batas tersebut fleksibel, berbeda dengan sistem
tertutup, batas tersebut kaku.
5. Aliran. Input akan mengalir ke sistem, kemudian diproses oleh sistem, dan
keluar sebagai output.
6. Feedback. Feedback atau
umpan balik merupakan elemen penting dalam pengendalian. Umpan balik informasi
diberikan ke orang-orang yang tepat dalam organisasi, kemudian diproses lebih
lanjut. Sehingga jika sesuatu melenceng dari rencana yang telah ditetapkan,
maka perbaikan bisa segera dilakukan.
7. Entropi. Entropi
merupakan proses dimana sistem menuju ke kehancuran. Jika satu organisasi tidak
mampu memproses feedback dengan baik dan tidak bisa
menyesuaikan perubahan selera konsumen/ stakeholders, maka akan
mengalami kebangkrutan dan mati. Aliran sistem percaya bahwa aliran sistem akan
menyerap aliran lainnya, atau berkembang menjadi aliran yang dominan dengan
definisi aliran yang jelas.
Secara sederhana
suatu sistim dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling
tergantung satu sama lain, dan terpadu. Setiap unsur pembentuk suatu organisasi adalah
penting dan harus mendapat perhatian yang utuh supaya pengambil keputusan dapat
bertindak lebih efektif. Teori sistem melahirkan konsep-konsep :
- Konsep futuristik, antara lain yang terkenal adalah konsep sibernetika (cybernetics). Konsep ini terutama berkaitan dengan upaya menerapkan berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu perilaku, fisika, biologi dan teknik. Konsep sibernetik dalam sektor perikanan dan kelautan dapat dilihat pada pembuatan peta tata ruang wilayah pesisir, di mana dalam proses pembuatannya melibatkan banyak disiplin ilmu seperti ahli tata ruang, ahli perikanan, ahli lingkungan, ahli oseanografi dan sebagainya.
- Konsep sinergi, prinsipnya bahwa di dalam melakukan sesuatu outputsecara sistim akan lebih besar dibanding output secara sendiri-sendiri. Kegiatan bersama dari bagian yang terpisah, tetapi saling berhubungan secara bersama-sama akan menghasilkan efek total yang lebih besar dari pada jumlah bagian secara individu dan terpisah.
Kontribusi Bertalanffy terhadap teori sistem yang
paling dikenal karena teori Open System. Para teori sistem tradisional berpendapat bahwa modelsistem tertutup berdasarkan pada ilmu
pengetahuan klasik dan hukum kedua termodinamika yang tidak
dapat dipertahankan. Bertalanffy menyatakan bahwa perumusan konvensional fisika
pada prinsipnya, tidak bisa diterapkan pada organisme makhluk hidup. Sistem terbuka memiliki steady state.Sehingga diduga banyak karakteristik dari sistem kehidupan
yang paradoks dalam pandangan hukum fisikamerupakan konsekuensi dari fakta ini.
D. OPEN SYSTEM
Bertalanffy (1968) mengandaikan paradigma sistem pada aspek
ilmu kimia, biologi, dan matematika dimana suatu sistem akhirnya akan berada
pada titik equilibrium seperti hal nya sebuah proses physiologi.
Sistem di dalam sebuah organisme dikatakan sebagai sebuah sistem terbuka karena
dipengaruhi oleh banyak faktor yang berada di luar organisme itu sendiri. Suatu
sistem dikatakan terbuka menurut Ludwig Von Bertalanffy bila aktivitas didalam
sistem tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, sedangkan suatu sistem
dikatakan tertutup bila aktivitas-aktivitas didalam sistem tersebut tidak
dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi dilingkungannya.
Dalam model Bertalanffy ini, teori yang ditetapkan
prinsip-prinsip umum sistem terbuka dan keterbatasan model konvensional. Teori
ini dianggap berasal dari aplikasi untuk biologi, teori informasi dansibernetika, akan tetapi secara potensial dapat
diaplikasikan pada ilmu-ilmu yang lain. Sistem terbuka memiliki interaksi yang
dinamis dengan lingkungannya baik transmisi dan menerima energi. Model dasar
sistem terbuka adalah interaksi dinamis komponennya.
Sistem sederhana biasanya memiliki interaksi lingkungan
terbatas dan fungsi fisik.
Entitas biologis, di sisi lain, yang dibangun dari bagian-bagian yang berbeda dan terpisah.
Bertalanffy (1969) menyatakan, "Alasan untuk dominasi segregasi dalam hidup alam
tampaknya segregasi itu ke dalam sistem parsial menunjukkan peningkatan kompleksitas dalam sistem". Segregasi progresif dapat menyebabkan mekanisasi progresif, yang menciptakan kurang dinamis umpan balik sistem dan kesulitan regulasi. Namun, peningkatan mekanisasi menyiratkan pengaturan tetap dan kondisi kendala yang dapat membuat sistem lebih efisien menyelesaikan tugas tertentu.Akibatnya, produk akhir dari
segregasi progresif dan mekanisasi progresif adalah peningkatan sistem kompleksitas sistem terbuka.
Entitas biologis, di sisi lain, yang dibangun dari bagian-bagian yang berbeda dan terpisah.
Bertalanffy (1969) menyatakan, "Alasan untuk dominasi segregasi dalam hidup alam
tampaknya segregasi itu ke dalam sistem parsial menunjukkan peningkatan kompleksitas dalam sistem". Segregasi progresif dapat menyebabkan mekanisasi progresif, yang menciptakan kurang dinamis umpan balik sistem dan kesulitan regulasi. Namun, peningkatan mekanisasi menyiratkan pengaturan tetap dan kondisi kendala yang dapat membuat sistem lebih efisien menyelesaikan tugas tertentu.Akibatnya, produk akhir dari
segregasi progresif dan mekanisasi progresif adalah peningkatan sistem kompleksitas sistem terbuka.
Sebuah sistem tertutup, sering fokus fisika konvensional dan
pendekatan penelitian analitis, terisolasi dari lingkungannya. Dalam keadaan
kesetimbangan, sistem tertutup tidak perlu energi untuk pelestarian nya, juga
dapat energi diperoleh dari itu.
E. KARAKTERISTIK OPEN
SYSTEM
Teori tentang open system relatif masih
baru dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum bias terpecahkan dengan
teori ini. Pengembangan teori open system didasarkan pada dua
sumber, pertama biofisik kehidupan suatu organism dan kedua perkembangan pada
industrI kimia, dimana disamping adanya reaksi di dalam proses secara tertutup
tetapi juga mempertimbangkan unsur efisiensi dan keuntungan lainnya.
Thermodynamic theory disebut irreversible thermodynamic yang
merupakan satu generalisasi teori dari physical theory.
Meskipun open system menunjukkan
karakteristik yang luar biasa, tetapi pada beberapa kondisi tertentu berada
pada posisi steady state. Kondisi ini berada pada jarak antara
equilibrium dan kondisi yang sebenarnya. Open system memiliki
interaksi yang dinamis dengan lingkungannya baik transmisi dan menerima energi. Steady
statemenujukkan karakteristik yang luar biasa dengan adanya kejelasan pada equifinality. Equifinality merupakan
satu kondisi yang dapat tercapai dengan berbagai potensi yang
dimiliki. Istilah ini berbeda dengan tujuan, ketika menggambarkan satu sistem
yang kompleks. Istilah ini juga berarti bahwa satu aquifinality dapat dicapai
melalui banyak jalur yang berbeda, bahkan dengan kondisi awal yang berbeda.
Dalam organisasi equifinality menyiratkan bagaimana organisasi
dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang sama berdasarkan kompetensi yang
berbeda secara substansial.
Berdasarkan prinsip dari thermodynamic, open system dapat
memelihara sistem tersebut dari kemungkinan yang tidak terduga dan organisasi. Open
system yang lebih komplek sebenarnya terdapat pada kajian biologi yang
dianalisa oleh Burton, Rashevsky, hearon, Raeiner, Denbight dan penulis
lainnya. Agar dapat melakukan pekerjaan satu sistem tidak harus berada pada
kondisi equilibrium namun cenderung untuk terus menerus mencapainya, agar dapat
mencapai titik ini maka maka sistem harus dipertahankan dalam kondisi stabil.
Oleh karena itu, karakter open system adalah kondisi yang
sangat diperlukan untuk kapasitas kerja yang terus menerus dari organisme.
Gambar 1
Equifinality of Growth
Steady
state ini banyak
terdapat pada open system, sangat tergantung pada kondisi yang ada
dan ditentukan oleh parameter sistem. Konsekuensi yang menarik pada kondisi ini
adalah, pertama, komposisi sistem
dalam kondisi steady state tetap
konstan, meskipun rasio komponen tidak didasarkan pada keseimbangan kimia
reaksi reversibel, tetapi reaksi yang terjadi dan, sebagian, irreversible. Kedua,
rasio steady state komponen bergantung hanya pada konstanta
sistem, bukan pada kondisi lingkungan. Sedangkan kondisi yang tetap ini
tergantung pada katalisator saat ini dan reaksi konstan. Pada open
system akan terjadi fenomena overshoot dan false
start ketika pada awalnya sistem berada pada titik yang berseberangan
dengan steady state.
F. OPEN SYSTEM DAN CYBERNETICS
Dasar dari model open system adalah adanya
interaksi yang dinamis antar komponen. Dasar model cybernetic adalah
adanya umpan balik, dimana dengan adanya informasi umpan balik maka nilai-nilai
yang diinginkan dapat dijaga sehingga dapat mencapai tujuan. Teori cybernatic didasarkan
padafeedback dan informasi. Kedua model ini dapat saling melengkapi
meskipun masing-masing juga memiliki perbedaan dan keterbatasan. Model open
systempada formulasi kinetic dan thermodynamic tidak
berbicara mengenai informasi. Sebaliknya sistem umpan balik adalah termodinamika
dan kinetikal yang tertutup tanpa adanya metabolism.
Cybernatic dapat
diaplikasikan ketika sistem yang akan dianalisa terlibat dalam sebuah sinyal
loop tertutup; yaitu, ketika aksi dari sistem menyebabkan beberapa perubahan
pada lingkungannya dan perubahan itu memberikan umpan kepada sistem melalui
informasi (umpan balik) yang menyebabkan sistem menyesuaikan diri dengan
kondisi baru ini: perubahan sistem mempengaruhi perilakunya. Hubungan
"lingkaran sebab-akibat" ini diperlukan dan cukup untuk perspektif cybernatic.
Contemporary cybernatic mulai sebagai studi
interdisiplin yang menghubungkan bidang-bidang sistem kendali, teori sirkuit, teknik
mesin, logika pemodelan, biologi
evolusi, neurosains, antropologi,
danpsikologi pada
tahun 1940an.
G. ORGANISASI SEBAGAI
SISTEM TERBUKA
Ketika mempelajari perilaku organisasi seringkali kita
menemukan istilah organisasi sebagai open system. Organisasi disini
dipahami sebagai sekumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Organisasi bukankah entitas yang berdiri sendiri tetapi pasti ada
lingkungan yang menjadi wahana organisasi tersebut hidup tumbuh dan berkembang.
Karena organisasi membutuhkan lingkungan maka bisa dikatakan organisasi
tersebut merupakan sistem yang terbuka. Untuk menghasilkan barang dan jasa
organisasi mengambil sumber daya dari lingkungan eksternal dan mengkonversi
atau mengubahnya menjadi barang dan jasa yang siap untuk diolah kembali atau
dinikmati oleh end user yang dikirim kembali ke lingkungan
tersebut, di mana mereka dibeli oleh pelanggan. Siklus tersebut terus menerus
berlangsung sampai organisasi tersebut bubar.
Organisasi sebagai open system ini bisa
diibaratkan seperti organisme yang hidup dalam media tertentu. Agar dapat
bertahan hidup organisme ini perlu terus menerus berinteraksi dengan
lingkungannya, mengambil makanan dari lingkungan, kemudian pengkonversikannya
menjadi energi dan kemudian energi serta limbahnya dilepaskan kembali ke
lingkungan. Bagan berikut ini menggambarkan bagaimana organisasi bekerja
sebagai open system.
Bagan di atas menjelaskan bahwa organisasi dilingkupi
oleh lingkungan dimana organisasi mengambil sumberdaya yang berupa bahan
mentah, uang dan kapital, serta SDM. Proses mengambil sumberdaya ini seringkali
disebut sebaha tahapan mendapatkan input. Selanjutnya sumberdaya tesebut diubah
menggunakan mesin, komputer, dan dikendalikan oleh keterampilan manusia untuk
menambahkan nilai dari sumberdaya tersebut. Setelah tahapan konversi, maka
kemudian masuk dalam tahapan output dimana sumberdaya tadi kemudian berubah
bentuk menjadi barang dan jasa yang siap dilepaskan di lingkungan kembali
melalui proses penjualan. Proses penjualan pada hakikatnya merupakan proses
untuk mendapatkan input kembali untuk diproses menjadi barang dan jasa. semua
itu bertujuan untuk menjamin kelaingsungan hidup dan pertumbuhan organisasi.
Konsep
input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu teori yang menjelaskan
bagaimana sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia nyata. Suatu teori yang
beranjak dari konsep umum ke khusus yang tampak logis, rasional dan teratur
berupaya untuk mencari jawaban terhadap upaya menghubungkan nilai input dan
nilai output sehingga menghasilkan efisiensi biaya.
Organisasi
sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga lingkungan didalamnya memuat
interaksi manusia yang kompleks (baik antar individu maupun dalam kelompok). Organisasi
dengan open system dapat digambarkan seperti fenomena nyala api lilin, sinar yang dipancarkannya
akan memengaruhi kondisi lingkungan di sekelilingnya. Dalam sistem yang
terbuka, organisasi dengan sistem yang lebih luas orang akan berinteraksi aktif
dengan sistem eksternal yang terdapat pada lingkungannya. Misalnya organisasi
sekolah, harus dipandang sebagai hubungan antara perilaku manusia dan
konteksnya. Perilaku organisasi difokuskan pada sekolah sebagai suatu sistem.
Organisasi
(sistem) berada dalam lingkungan (suprasistem) yang didalamnya memuat pula sub
sistem (perangkat administrasi dalam organisasi). Batasan antar sub sistem
dibuat dengan garis putus-putus yang berarti antar bagian dapat saling menembus
(permeable). Antara subsistem yang terlibat dapat saling mempengaruhi lewat
hubungan yang interaktif dan adaptif antar komponen. Masalah yang terjadi pada
satu bagian dapat menjadi ancaman terhadap fungsi keseluruhan. (Owens; 1987).
Organisasi sebagai open
system adalah
organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan dengan kata lain organisasi yang
menerima sesuatu dari suatu sistem dan melepaskannya kepada sistem yang lain. Organisasi merupakan suatu open
system karena selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Open system adalah “sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya”. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan
keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya, sehingga harus
memiliki sistem pengendalian yang baik. Lingkungan dapat dilakukan dengan dua
arah yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi
oleh organisai. Adapun lingkungan organisasi terdiri atas lingkungan mikro dan
makro.
Open system akan mencapai suatu tingkat dinamika tertentu atau keseimbangan dinamis. Di
sisi lain sistem ini masih mempunyai kemampuan yang berkelanjutan untuk
melangsungkan kerja dan melakukan transformasi ke pihak lain. Sistem ini
mempunyai proses putaran yang kontinu yang menyebabkan daya hidupnya
berkelangsungan. Organisasi dipandang sebagai hal yang dinamis yang senantiasa
berubah. Masukan yang berasal
dari lingkungan, diterima oleh sesuatu organisasi. Kemudian organisasi tersebut
memproses sebagai salah satu kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil pemrosesan ini dikirim dan diterima oleh lingkungan baik berupa
barang-barang atau jasa pelayanan. Hasil ini dirasakan oleh masyarakat sebagai
unsur lingkungan dari organisasi tersebut. Lingkunganakan memberikan umpan balik kepada organisasi yang
digunakan sebagai bahan masukan
baru untuk diolah dan diproses didalam organisasi. Dengan cara demikian
organisasi mencapai tingkat keseimbangan yang dinamis dengan lingkungannya.
Karena ia dirangsang untuk mendapatkan potensi baru guna melanjutkan
kelangsungan hidupnya.
Open system menekankan hubungan dan ketergantungan antara unsur-unsur oranisasi yang
bersifat sosial dan teknologi. Organisasi dipertimbangkan sebagai serangkaian
variabel yang saling berhubungan,dimana perubahan satu variabel akan menyebabkan berubahnya
variabel lainnya. Sistem organisasi terbuka tidak hanya terbuka bagi
lingkungannya saja, akan tetapi terbuka pula bagi dirinya sendiri. Open
system menyesuaikan pada
lingkungannya dengan cara melakukan perubahan-perubahan susunan dan proses
dari komponen-komponen di dalam organisasi itu sendiri.
Karakteristik
dari open system ini menurut Burns dan Stalker (1994) merupakan kebalikan dari 12 butir
karakteristik dari sistem tertutup.
1. Tugas-tugas
yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang tidak stabil.
2. Pengetahuan
spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya. Berbeda dengan sistem
tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi tugas itu pengetahuan
spesialisasinya dimiliki oleh masing-masing orang yang barang kali hanya bisa
dipergunakam jika menguntungkan orang tersebut untuk mengatasi berbagai
tugas organisasi.
3. Hasil
(atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan
4. Konflik
di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara teman sejawat.
5. Pencairan
pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas yang bersifat formal
dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota didalam memecahkan
persoalan-persoalan organisasi.
6. Rasa
pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang adalah pada organisasi secara
keseluruhan, tidak hanya pada subunit organisasi yang telah dibebankan kepada
seseorang pejabat.
7. Organisasi
dipandang sebagai struktur network yang merembes (fluiding
network structure) (dalam hal ini organisasi dilihat sebagaiamoeba).
8. Pengetahuan
atau informasi dapat berada dimana saja di dalam organisasi (misalnya, setiap
orang mengetahui sesuatu yang bergayutan dengan organisasinya. Tidak semua
orang termasuk kepala atau pimpinan dapat mengetahui semua hal).
9. Interaksi
di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak secara horizontal,
selancar geraknya interaksi vertikal.
10. Gaya
interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat pemberian saran
disbandingkan dengan pemberian instruksi, dan disifati dengan mitos setia kawan
dengan mengesampingkan hubungan antara atasan-bawahan.
11. Hasil
tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya menekankan pada
loyalitas dan kepatuhan pada seseorang atasan.
12. Prestise
ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya kedudukan atau status
seseorang di dalam organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan professional dan
reputasi seseorang.
Kelemahan
Organisasi Terbuka
Organisasi
dengan open system merupakan satu system yang sudah
sangat baik karena menerima
masukan tertentu, seperti bahan baku, informasi, tenaga kerja, dan peralatan.
Di sisi lain organisasi juga menghasilkan produk yang dilepas, disalurkan dan
diterima oleh sistem lain. Proses ini berlangsung terus menerus tanpa ada
hentinya.
Namun
kelemahan pada organiasi open system yang perlu
diwaspadai adalah jika
organisasi gagal memperoleh masukan yang diperlukan dari sistem lain dan
keluarannya tidak diserap atau ditolak sistem lain maka, organisasi
lama-kelamaan akan hilang eksistensinya. Hal ini yang kemudian membuat suatu
organisasi atau industri bubar atau bangkrut.
H. SYSTEM
THINKING
System thinking telah begitu popular di
kalangan masyarakat hal ini menimbulkan berbagai pendapat dari para pemikir
(cendekiawan) mengenai pemikiran sistem. Sifat-sifat system thinking berhubungan
dengan tiga persoalan filsafat, yaitu apa dan berapa banyak yang ingin
diketahui, serta seberapakah nilainya pengetahuan bagi umat manusia. Inti
utama dari System thinking merupakan pewujudan dasar
dari pemikiran sistem sebagai konsep teori sistem umum yaitu sebagai teori
sistem terbuka. Konsep ini telah banyak digunakan secara luas dan telah di
aplikasikan ke bidang-bidang pokok persoalan yang beraneka ragam karena dapat
dilihat persoalan dari sudut pandang pemikiran sistem dan persoalan subyek
sebagai sistem terbuka. Berkaitan dengan system thinking ada
beberapa hal yang perlu kita ketahui.
1. Aspek
Ontologi dari system thinking
Menurut Quine masalah
ontology dapat diungkapkan menjadi tiga kata What is there? Untuk
menjawab pertanyaan yang mendasar mengenai masalah ontology ini seorang ahli
mengatakan jawaban dari pertanyaan Quine adalah sebuah
sistem. Hal ini menunjukkan bahwa setiap eksistensi tidak dapat berdiri
sendiri tetapi berhubungan secara teratur. Selanjutnya ahli teori sistem mempunyai pandangan
dan penilaian bahwa tiap eksistensi memiliki tatanan yang beraturan dan
ketidakacakan. Sejumlah pertanyaan seputar aspek ontology pada akhirnya
menjawab secara keseluruhan apa yang ingin diketahui adalah sifat wujud yang
ada dengan cara teratur melalui pembentukan sistem.
2. Aspek
Epistemologi system thinking
Platform
epistemologis pemikiran sistem juga melandaskan pada premis tentang
holisme. Pada tataran ini menyatakan bahwa metode penelitian harus
didasarkan pada keberadaan seluruh obyek yang diteliti dan bukan di dasarkan
pada pendekatan analitik maupun atomistik.
3. Aspek
Aksiologi system thinking
Para pakar teori
sistem melihat dunia dalam bentuk pemikiran. Jadi para pakar teori sistem
mengatakan bahwa harus dilakukan usaha untuk menempatkan dunia pada kondisi
yang teratur. C.P. Snow menegaskan bahwa masyarakat
barat telah menjadi sangat terpecah ini merupakan polarisasi kedalam ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan. Sedangkan menurut Boulding secara
keseluruhan dunia empiris akan lebih menarik ketika dalam keteraturan. Dalam
kasus ini pakar teori sistem sangat diperlukan dalam merencanakan usaha untuk
menempatkan dunia dalam keteraturan. Secara sederhana hal ini menegaskan pakar
teori sistem menaruh perhatian terhadap perencanaan masa depan dengan merancang
kembali sistem yang ada kedalam suatu yang lebih kohern secara totalitas untuk
kebutuhan manusia.
4. Logika Metafisika system
thinking
Ciri dasar yang membedakan system thinking dari
pemikiran kontemporer adalah logika metafisika. Hollisme, yang melengkapi dasar
ontology dan epistemology menghasilkan sistem logika sebagai dasar metafisika.
Dari pandangan ini system thinking dapat dipahami
sebagai meta science titik kedudukan yang di benarkan oleh
pendukung system thinking. Pada permulaan abad sembilan belas
karya Auguste Comtesampai pada pemikir kontemporer seperti Karl
Poper , Arthur Eddington dan James Jean mereka
mengusulkan ide metafisika untuk mengikuti tempat pengesahan dalam penyelidikan
ilmiah. Kenyataan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan dua peran
penting yang berbeda pada satu sisi sebagai metafisika dan di sisi lain sebagai
pengertian umum terdidik. Dasar metafisika pemikiran sistem adalah sistem
logis.
Sejarah system
thinking
System
thinking memiliki
sejarah panjang yang berhubungan dari Khaldun sampai Whitehead.
Sejarah pemikiran sistem modern menganut pada Teori Sistem Umum dan Sistem
Penelitian Umum. Konsep Teori Sistem Umum diperkenalkan oleh Ludwig von Bertalanffy tahun 1937.
Selanjutnyakonsep Teori Sistem Umum
ini menjadi panduan gerakan pemikir sistem modern. Perkembangan selanjutnya pada tahun 1948 Nobert Wienermemperkenalkan teori sibenatika yang
menjelaskan tentang perilaku yang memiliki tujuan dan adaptasi yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap perkembangan studi sistem. dengan pendekatan
sistem yang ada. Selanjutnya pada tahun 1954 Penelitian Sistem Umum (General
System Research)dilembagakan.
Logika sistem
telah diterapkan pada berbgai bidang mulai dari ekonomi, pemasaran,
sosiologi, psikologi, pendidikan. Pergerakan sistem dikategorikan menjadi dua arah, yang pertama adalah
penelitian lanjutan tentang sifat sistem dalam istilah ilmiahnya disebut
Penelitian Sistem Umum. Tujuan utama dari Penelitian Sitem Umum adalah sebagai
berikut :
- Menyelidiki konsepisomorf, hukum dan model dalam berbagai bidang dan membantu transfer yang bermanfaat dari satu bidang ke bidang lainnya.
- Mendorong pengembangan model teoritis yang memadai dalam bidang-bidang yang kekurangan model teoritis tersebut.
- Meminimalisir duplikasi usaha teoritis pada bidang-bidang yang berbeda.
- Mempromosikan kesatuan ilmu pengetahuan melalui perbaikan komunikasi di antara spesialis.
System thinking di dalam Organisasi
Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus
bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Kesuksesan suatu
organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan
pekerjaan secara sinergis yang akan dimiliki jika semua anggota unit
saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari kinerja unit
tempat dia bekerja pada unit lainnya. Seringkali dalam organisasi orang hanya
memahami apa yang dikerjakan dan tidak memahami dampak dari pekerjaannya dia
pada unit lainnya. Selain itu seringkali timbul fanatisme seakan-akan hanya
unitnya sendiri yang penting perannya dalam organisasi dan unit lainnya tidak
berperan sama sekali. Fenomena ini disebut dengan ego-sektoral.
Kerugian akan sangat sering terjadi akibat ketidakmampuan untuk bersinergi satu
dengan lainnya, pemborosan biaya, tenaga dan waktu.
Tidak adanya pemikiran sistemik ini akan membuat anggota
tidak memahami konteks keseluruhan dari organisasi. Kini semakin banyak
organisasi yang mengandalkan pada struktur tanpa batas (boundaryless
organization). Sementara pada organisasi yang masih menggunakan struktur
organisasi berbasis fungsi, kini fungsi-fungsi yang terkait dengan proses yang
sama dibuat saling melintas batas fungsi; organisasi yang demikian disebut
organisasi lintas fungsi atau cross-functional organization.
Organisasi-organisasi yang demikian ini akan membuat proses pembelajaran lebih
cepat karena masing-masing orang dari fungsi yang berbeda akan berbagi
pengetahuan dan pengalamannya dan akan mempercepat proses pembelajaran individu
(individual learning) di dalam organisasi terkait.
I. PENDIDIKAN
SEBAGAI SISTEM
Pendidikan
sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara
lain: raw input (sistem baru), output (tamatan),instrumental input (guru,
kurikulum), environmental input (budaya, kependudukan, politik
dan keamanan). Sistem pendidikan juga dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai
subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai
sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem
dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
Analisis
sitem pendidikan
Penggunaan
analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari
penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir
secra sistmatik, artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat
dalam masalah pendidikan yang
akan dipecahkan. Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya
suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin
tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhubungan secara fungsional dengan komponen lain.
Pada ruang
lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem
yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya
merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaan dan pengembangan.
Organisasi
pendidikan merupakan sistem terbuka punya konsekuensi perilaku tambahan.
Sekolah sebagai contoh adalah subjek dari dua kekuatan eksternal yang secara
alami menentukan pengaturan internal sekolah. Standar profesional dan harapan
yang ditujukan pada guru lewat training, asosiasi akrediting, permintaan dari
kolega, kaitan antara pendidikan dan industri, aturan tahunan adalah sedikit
dari pengaruh profesional yang berasal dari luar dan pengaruh perilaku yang ada
di sekolah.
Kekuatan pengaruh
yang kedua berasal dari pengaruh sosiokultural yang lebih luas yang pengaruhi
norma yang berlaku di sekolah. Hal ini bersumber dari perbedaan yang ada pada
standar tradisi komunitas, hukum, peraturan yang berlaku dan juga budaya barat
secara luas. Penerapan sistem tertutup ke dalam objek pendidikan berbentuk
penyelenggaraan sistem kegiatan pendidikan menurut koridor pengajaran.
Sedangkan sistem terbuka cenderung menurut koridor pembimbingan dan pengasuhan.
Sasaran sistem
pengajaran, khusus dikembangkan di pendidikan sekolah, adalah sesuatu yang
bersifat konkret positif, yaitu berupa ‘keterampilan’. Terampil membaca,
menulis, dan berhitung. Materi pendidikan dalam jenis mata pelajaran dipolakan dalam bentuk ‘textbook’,
yakni buku pelajaran yang disusun menurut pola tertentu (Satuan Acara
Pengajaran).Sementara pembimbingan dan pengasuhan menunjuk
pada ‘output’ atau hasil dari seluruh rangkaian penyelenggaraan
pendidikan menurut objek forma, metode, dan sistem seperti tersebut di atas.
Hasilnya berupa ‘kecerdasan intelektual’, yaitu kemampuan berkreasi untuk
mencipta segala perubahan yang berguna bagi kelangsungan dan perkembangan
kehidupan sehari-hari.
J. SIMPULAN
Setelah menyimak
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem merupakan gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.
Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Open
system adalah suatu sistem yang berinteraksi dengan lingkungan. Sebaliknya
sistem yang tertutup adalah sistem yang tidak berinteraksi dengan lingkungan.
Semua organisasi merupakan sistem terbuka, meskipun dengan tingkat yang
berbeda-beda.
3. Organisasi sebagai open
system adalah
organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan atau menerima sesuatu dari suatu
sistem dan melepaskannya kepada sistem yang lain.
4. System
thinking memperoleh
popularitas yang sangat besar dan penerimaan yang luas. Namun penggunaannya
bisa jadi sangat menyesatkan jika tidak mengetahui hakikat dasar
prinsip-prinsipnya.Prinsip dasar pemikiran sistem adalah logika sistem yang akan lebih berguna jika digabungkan dengan usaha
untuk menganalisa keadaan melalui penelitian.
5. Pendidikan
sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen beruparaw input output, instrumental input, environmental
input. Sebagai
subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai
sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem
dari bidang pendidikan sebagai sistem
DAFTAR
PUSTAKA
Bertalanffy LV, 1968, General System
Theory, Foundation, Development, Aplication, Revised Edition, George
Braziller, New York
Hersey, Paul dan
Kenneth H. Blancard (1995), Manajemen
Perilaku Organisasi:Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Penerj. Agus Dharma,
Edisi 4, Jakarta: Erlangga.
Kambey, D.C
(2006), Landasan Teori Administrasi/Manajemen (sebuah intisari),Manado: Yayasan Tri Ganesha Nusantara.
Kartono, Kartini, (2008), Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah
Kepemimpinan Abnormal Itu?, Cet. XII, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Owens, Robert G., (1987), Organizational Behavior in Education, Third Edition New Jersey: Prentice-Hall
Inc.
Rivai, Veithzal (2004), Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tom
Autor Burns and G.
M Autor Stalker (1994), The Management of
Innovation,Oxford University Press.
Thoha,
Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta:
Kencana Prenada
Thoha, Miftah, (2008), Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wexley, Kenneth
N., dan Yukl Gary A, (2003) Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia, Cet. II, Penerj. Muh. Shobaruddin,
Jakarta: Rineka Cipta,
No comments:
Post a Comment