Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
HMI MPO
|
|
Singkatan
|
|
Pembentukan
|
5 Februari 1947 M / 14
Rabiul Awal 1366 H
|
Jenis
|
Organisasi Kemahasiswaan, Organisasi Pengkaderan dan
Perjuangan
|
Tujuan
|
Terbinanya mahasiswa Islammenjadi insan
Ulul Albab yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat
yang diridhoi Allah
Subhanahu Wata'ala.
|
Kantor pusat
|
|
Bahasa resmi
|
|
Ketua Umum PB HMI-MPO2011-2013
|
|
Situs web
|
Himpunan
Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam.Himpunan Mahasiswa Islam itu sendiri
merupakan Organisasi
Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia.
Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI ke-16 yang
diselenggarakan di Padang, Sumatera
Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari
represi dari rezim Orde Baru yang memaksa penerapan Azas Tunggal Pancasila.
HMI yang semula hanya berazaskan Islamterbelah menjadi
dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dengan kubu
yang berusaha mengikuti perintah PresidenSoeharto mengubah
azasnya menjadi Pancasila. Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam
HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat
Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering
disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus
Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. HMI-MPO lebih senang menamakan diri
sebagai HMI 1947, karena mengacu pada tahun pendirian Himpunan Mahasiswa Islam yang sejak
awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya.
Daftar isi
|
Sejarah HMI-MPO [sunting]
Pada mulanya MPO
merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang
begitu terkooptasi oleh rezim orde baru.
Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa
pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadipancasila.
Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa
terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia.
Untuk
menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB
(pengurus besar) HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan,
maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di
kantor PB HMI (Jl. Diponegoro 16, Jakarta). Demonstrasi tersebut ditanggapi PB
HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk
menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhansubversif.
Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin
massif.
Akhirnya dalam
forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi
dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal (HMI-DIPO) dan
HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap menjadikan Islam sebagai
asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO
eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang
kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO
adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang
kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah
provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi
Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta
tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi
masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia
Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda
sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara danDPR/MPR pada tahun 1992
adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan
rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti
kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari
gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR
tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung
tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang
kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota
hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya
Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ.
Kenyataannya saat
ini, HMI mulai kehilangan gigi taringnya. Banyak alumni HMI yang tidak
menjalankan amanah dari pengkaderan dan tidak sesuai dengan tujuan dasar HMI.
Banyak kader HMI yang merusak negara ini dengan keberadaannya di pemerintahan.
Bila dilihat dari keberadaannya, HMI-MPO tidak memiliki kader sebanyak HMI-DIPO
sehingga keberadaannya hingga saat ini masih rancu antara kedua kubu tersebut.
Penyakit HMI era ini adalah hancurnya moral kader yang sudah tidak menjunjung
tinggi nilai keislaman dan keserakahan terhadap kekuasaan. Sangat banyak alumni
HMI yang berada di pemerintahan dan melakukan tindakan pidana hukum secara
terang-terangan tetapi sangat licin untuk ditangkap sehingga masih bisa
bernapas lega. Inilah potret kader HMI saat ini, DIPO atau MPO bertanggung
jawab atas kader yang telah dibentuk.
Struktur
organisasi [sunting]
Struktur
organisasi HMI-MPO dibagi dalam beberapa golongan yakni :
- Struktur kekuasaan,
- Struktur pimpinan,
- Lembaga-lembaga Khusus,
- Lembaga Kekaryaan, serta
- Majelis Syuro Organisasi (MSO).
Struktur
kekuasaan tertinggi di HMI MPO adalah forum Kongres, selanjutnya ditingkat
Cabang ada Konperensi Cabang (Konperca) serta Rapat Anggota Komisariat (RAK).
Sedangkan struktur pimpinan terdiri atas Pengurus Besar (PB), Pengurus Cabang
(PC), serta Pengurus Komisariat (PK).
Untuk
memperlancar serta mempermudah manajemen organisasi maka dibentuklah
Koordinator Komisariat (KORKOM) sebagai pembantu cabang dalam mengkoordinir
komisariat, serta Badan Koordinasi (BADKO) sebagai pembantu Pengurus Besar
dalam mengkoordinir cabang. HMI (MPO) hingga saat ini (Oktober 2003) telah memiliki 38
cabang yang tersebar diseluruh penjuru Tanah Air dan untuk itu dibentuk 3 Badan
Koordinasi (Badko) yakni: Btra]],Banten,DKI,Jabar), Badko Indonesia Bagian Tengah (Kalimantan,Jateng,DIY,Jatim,Bali) dan Badko
Indonesia Bagian Timur (Sulawesi,Maluku,NTB,NTT,Papua).
Untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang terkait dengan bidang khusus, maka
dibentuk Lembaga-lembaga Khusus seperti Korps Pengader Cabang (KPC), Korps
HMI-Wati (KOHATI), dan lain-lain. Sedangkan untuk meningkatkan dan
mengembangkan keahlian dan profesionalisme para anggota HMI, dibentuk
Lembaga-lembaga Kekaryaan seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga
Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI), dan sebagainya.
HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) Terpecah Menjadi Dua [sunting]
Pasal 1 NAMA Organisasi
ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Inilah nama yang ada dalam
konstitusi HMI.
Kejayaan HMI
berada pada era 1947-1986 Masehi. HMI bisa jaya karena komitmen para kadernya
yang sangat menjunjung tinggi nilai Islam dan berpihak kepada rakyat. Pada
tahun 1965, HMI merupakan organisasi Islam yang sangat besar sehingga
keberadaannya sangat mempengaruhi politik pada saat itu. Semua ini adalah kerja
keras dari sosok yang sangat bijaksana dan berwibawa, yaitu Prof. Drs. H.
Lafran Pane. Dan pada masa O. Komaruddin (1962-1966) terjadi konsolidasi
organisasi mahasiswa yang kemudian bersatu dengan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAmi) yang sudah geram dengan keberadaan politik Soekarno yang tidak
membubarkan PKI. Pelopor terbentuknya KAMI adalah HMI dan GMNI yang saat itu
merupakan organisasi mahasiswa yang besar. Dan pada tanggal 30 September 1965
(G 30 S PKI)terjadilah pembantaian, pemerkosaan dan pengejaran terhadap semua
jajaran PKI yang dipimpin oleh Soeharto. Pada peristiwa pendudukan gedung
DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI-MPO adalah ormas satu-satunya yang
menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang
kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota
hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih
terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional
bersama FKSMJ. Dua peristiwa diatas merupakan suatu prestasi besar HMI. Tetapi,
itu semua hanyalah sebuah cerita dongeng untuk saat ini karena HMI sudah
dibunuh oleh rezim Soeharto yang menerapkan azas tunggal Pancasila sejak forum
kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. Ketua Umum PB HMI terakhir
adalah Harry Azhar Aziz, sosok ini adalah sosok terakhir yang menjalankan HMI
yang sebenarnya dan bukan HMI boneka.
Di tengah masa
Harry Azhar Aziz HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan
asas tunggal (HMI-DIPO) dan HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap
menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan
sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO
tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan
negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik
kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap
aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain
adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa
Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktivis demokrasi
LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID.
Kongres [sunting]
- Kongres ke-3 di Jakarta pada tanggal
4 September 1953
- Kongres ke-4 di Bandung pada tanggal
14 Oktober 1955
- Kongres ke-5 di Medan pada tanggal 31
Desember 1957
- Kongres ke-6 di Makassar
(Ujungpandang) pada tanggal 20 Juli 1960
- Kongres ke-7 di Jakarta pada tanggal
14 September 1963
- Kongres ke-8 di Solo (Surakarta) pada
tanggal 17 September 1966
- Kongres ke-9 di Malang pada tanggal
10 Mei 1969
- Kongres ke-10 di Palembang pada
tanggal 10 Oktober 1971
- Kongres ke-11 di Bogor pada tanggal
12 Mei 1974
- Kongres ke-12 di Semarang pada
tanggal 16 Oktober 1976
- Kongres ke-13 di Makassar
(Ujungpandang) pada tanggal 12 Februari 1979
- Kongres ke-14 di Bandung pada tanggal
30 April 1981
- Kongres ke-15 di Medan pada tanggal
26 Mei 1983
- Kongres ke-16 di Yogyakarta pada
tahun 1986, Ketua Umum : Eggy Sudjana
- Kongres ke-17 di Yogyakarta pada
tanggal 5 Juli 1988, Ketua Umum : Tamsil Linrung
- Kongres ke-18 di Bogor pada tanggal
10 Oktober 1990, Ketua Umum : Masyhudi Muqarrabin
- Kongres ke-19 di Semarang pada
tanggal 24 Desember 1992, Ketua Umum : Agusprie Muhammad
- Kongres ke-20 di Purwokerto pada
tanggal 27 April 1995, Ketua Umum : Lukman Hakim Hassan
- Kongres ke-21 di Yogyakarta pada
tanggal 28 Juli 1997, Ketua Umum : Imron Fadhil Syam
- Kongres ke-22 di Jakarta pada tanggal
26 Agustus 1999, Ketua Umum : Yusuf Hidayat
- Kongres ke-23 di Makassar pada
tanggal 25 Juli 2001, Ketua Umum : Safinuddin
- Kongres ke-24 di Semarang pada
tanggal 11 September 2003, Ketua Umum : Cahyo Pamungkas
- Kongres ke-25 di Palu pada tanggal 17
Agustus 2005, Ketua Umum : Muzakkir Djabir
- Kongres ke-26 di Jakarta Selatan pada
tanggal 16 Agustus 2007, Ketua Umum : Syahrul Effendi Dasopang
- Kongres ke-27 di Yogyakarta pada
tanggal 9 Juni 2009, Ketua Umum : Muhammad Chozien Amirullah
- Kongres ke-28 di Pekanbaru, Riau
tanggal 14 - 19 Juni 2011, Ketua Umum : Alto Makmuralto
No comments:
Post a Comment