Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Pendidikan
musik adalah bidang studi yang terkait dengan pengajaran dan pembelajaran musik. Bidang studi ini mencakup semua aspek
pembelajaran, termasuk psikomotor (pengembangan kemampuan), kognitif
(pemerolehan pengetahuan), dan afektif, termasuk apresiasi musik dan sensitivitasnya. Keberadaan pelatihan musik mulai
dari pendidikan prasekolah sampai pascasekunder umum ditemukan di berbagai
negara karena keterlibatan dalam musik dianggap sebagai komponen dasar budaya dan perilaku manusia. Musik, seperti bahasa,
adalah pencapaian yang membedakan manusia dengan makhluk lain.[1]
Daftar isi
|
[sunting]Pengenalan
Di sekolah dasar, anak
biasanya belajar memainkan instrumen seperti kibor atau perekam,
menyanyi dalam paduan suara kecil, dan mempelajari elemen bunyi musik dan sejarah musik.
Meski pendidikan musik di berbagai negara secara tradisional menekankan musik klasik Barat, dalam beberapa dasawarsa terakhir para pengajar
musik cenderung menyertakan penerapan dan sejarah musik non-barat untuk
memberikan pengalaman musik yang penuh dan mengajarkan multikulturalisme dan pemahaman internasional. Di sekolah
dasar dan menengah,
pelajar diberikan kesempatan naik panggung dalam bentuk ansambel musik, seperti paduan suara, orkestra, atau band sekolah: band konser, orkes barisan, atau band jazz.
Di sejumlah sekolah menengah, kelas musik tambahan juga diberikan. Di sekolah menengah
pertama atau sederajat, musik biasanya terus menjadi
bagian yang dibutuhkan dalam kurikulum.[2]
Di tingkat universitas, mahasiswa
di sebagian besar program seni dan humaniora akan menerima kredit akademik
setelah mengambil kursus musik, yang biasanya berbentuk kursus pengenalan
sejarah musik, atau kursus apresiasi musik yang berfokus pada mendengarkan musik dan mempelajari
berbagai gaya musik. Selain itu, banyak universitas di Amerika Utara dan Eropa
memiliki sejenis ansambel musik yang dapat diikuti mahasiswa dari berbagai
bidang studi seperti paduan suara, band konser, orkes barisan, atau orkestra.
Banyak universitas menawarkan program sarjana dalam bidang pendidikan musik,
sehingga memungkinkan mahasiswa mereka menjadi pengajar ansambel tersertifikasi
untuk sekolah dasar dan menengah, serta kelas musik pemula. Program yang lebih
tinggi dapat berujung pada bekerja di universitas. Program-program ini terdiri
dari penyelesaian kelas teknik yang bervariasi, instruksi pribadi, berbagai
ansambel, dan observasi mendalam mengenai pengajar-pengajar di daerahnya.
Departemen pendidikan musik di universitas-universitas Amerika Utara dan Eropa
juga mendukung penelitian interdisipliner di bidang-bidang seperti psikologi musik, historiografi pendidikan musik, etnomusikologi pendidikan, sosiomusikologi, dan filsafat pendidikan.
Studi musik
seni Barat semakin umum dalam pendidikan musik di luar Amerika Utara dan Eropa,
termasuk negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan Cina. Pada saat
yang sama, universitas dan perguruan tinggi Barat memperluas kurikulum mereka
sehingga mencakup budaya non-Barat, seperti musik Afrika atau Bali (misalnya musik gamelan), serta
musik rock (lihatpedagogi musik
populer).
Pendidikan
musik juga terjadi dalam konteks terindividualisasi, belajar seumur hidup, dan
masyarakat. Baik musisi amatir dan profesional biasanya mengambil pelajaran
musik, sesi singkat pribadi dengan seorang guru. Musisi amatir
biasanya mempelajari kerumitan musik dan teknik musik tingkat awal hingga
menengah.
[sunting]Metodologi instruksional
Meski
strategi instruksional dibatasi oleh guru musik dan kurikulum musik di sekolah mereka, banyak guru yang sangat
bergantung pada satu atau banyak metodologi instruksional yang muncul pada generasi-generasi terbaru
dan berkembang cepat pada paruh terakhir abad ke-20.
[sunting]Metode pendidikan musik internasional ternama
[sunting]Metode
Dalcroze
Artikel utama untuk bagian ini adalah: euritmika
Metode
Dalcroze dikembangkan pada awal abad ke-20 oleh musisi dan pengajar asal Swiss, Émile
Jaques-Dalcroze. Metode ini dibagi menjadi tiga konsep dasar -
pemakaian solfège, improvisasi, dan euritmika. Kadang
disebut "gimnastika ritmik", euritmika mengajarkan konsep ritme,
struktur, dan ekspresi musik menggunakan gerakan, dan merupakan konsep terkenal
dari Dalcroze. Metode ini berfokus pada memungkinkan pelajar mendapatkan
kesadaran fisik dan pengalaman musik melalui pelatihan yang dilakukan dengan
semua indera, terutama kinestetik. Menurut metode Dalcroze, musik adalah bahasa
dasar otak manusia dan secara mendalam terhubung dengan definisi manusia.
[sunting]Metode
Kodály
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Metode Kodály
Bahasa
tangan Solfège Curwen. Versi ini memiliki tendensi nada dan judul menarik untuk
setiap nada.
Zoltán Kodály (1882–1967) adalah pengajar musik dan komponis Hongaria yang menekankan manfaat instruksi fisik dan respon
terhadap musik. Meski sebenarnya bukan metode pendidikan, ajaran-ajarannya
berada dalam kerangka kerja yang menyenangkan dan mendidik yang dibangun kuat
pada teori musik dasar dan notasi musik dalam berbagai bentuk verbal dan tertulis. Tujuan utama
Kodály adalah menciptakan cinta abadi terhadap musik dalam diri pelajar dan
merasa bahwa sudah menjadi tugas sekolah anak untuk menyediakan elemen
pendidikan yang vital ini. Sejumlah metode pengajaran ciptaan Kodály mencakup
pemakaian bahasa tangan solfège, notasi pendek musik (notasi stik),
dan solmisasi ritme (verbalisasi). Meski banyak negara memakai tradisi
musik rakyat mereka untuk membangun urutan instruksinya sendiri, Amerika
Serikat cenderung memakai urutan Hongaria, padahal musik rakyat Hongaria sangat
berbeda ketimbang Amerika Serikat.
Karya
Katinka S. Daniel membawa pemikiran Kodaly ke garis depan pendidikan musik di
Amerika Serikat. Daniel memperkenalkan kurikulumnya di Konferensi Kodaly
Internasional tahun 1973 dan pada tahun-tahun selanjutnya yang berujung pada
penerbitan literatur untuk pengajar musik yang menggabungkan lagu rakyat
Hongaria dengan lagu rakyat Amerika Serikat dan musik klasik barat. Daniel
setuju dengan Kodaly mengenai kewajaran memakai lagu ringan yang sederhana dari
budaya pelajarnya sendiri sebagai dasar pendidikan musik, namun ia kukuh bahwa
urutan di mana pola nada diajarkan harus dimulai dengan nada ketiga minor
menurun, atau “sol-mi”, pola yang merupakan interval paling alami dan sederhana
bagi semua anak untuk dinyanyikan. Katina Daniel membuat tugas mengadaptasi
karya Kodaly ke pendidikan musik Amerika Serikat tidak lagi menakutkan bagi
para pengajar Amerika Serikat. [3]
[sunting]Orff
Schulwerk
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Orff Schulwerk
Carl Orff adalah seorang komponis ternama Jerman. Orff Schulwerk
karyanya dianggap sebagai "pendekatan" terhadap pendidikan musik.
Pendekatan ini dimulai dengan kemampuan dalam diri pelajar untuk bermain dengan
bentuk-bentuk musik yang belum sempurna, menggunakan ritme dan melodi dasar.
Orff menganggap tubuh merupakan instrumen perkusif dan pelajar didorong
mengembangkan kemampuan musik mereka dengan cara yang mellintasi perkembangan
musik barat. Pendekatan ini mendorong improvisasi dan mengurangi tekanan orang
dewasa dan latihan mekanik, sehingga membantu penemuan jati diri pelajar
tersebut. Carl Orff mengembangkan sekelompok instrumen khusus, termasuk
bentuk modifikasi glockenspiel, silofon, metallophone, drum, dan instrumen
perkusi lainnya untuk memenuhi persyaratan kursus
Schulwerk.[4]
[sunting]Metode Suzuki
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Metode Suzuki
Metode
Suzuki dikembangkan oleh Shinichi Suzuki di Jepang sesaat setelah Perang Dunia II, dan metode ini
memakai pendidikan musik untuk memperkaya hidup dan karakter
moral para pelajarnya. Gerakan ini berdiri di atas
pemikiran bahwa "semua anak bisa menjadi terpelajar" dalam musik, dan
bahwa belajar bermain musik pada tingkat tinggi juga melibatkan pembelajaran
ciri-ciri dan keutamaan karakter yang menjadikan jiwa seseorang lebih indah.
Metode utama dalam mencapai hal ini terpusat pada menciptakan lingkungan
belajar musik yang sama seperti lingkungan seseorang untuk belajar bahasa ibu
mereka. Lingkungan 'ideal' ini membutuhkan cinta, contoh berkualitas tinggi,
pujian, berlatih menghapal dan mengulang, dan sebuah jadwal yang diatur oleh
kesiapan perkembangan pelajar untuk mempelajari suatu teknik tertentu. Meski
Metode Suzuki lumayan terkenal di seluruh dunia, di dalam Jepang sendiri
pengaruhnya kurang muncul ketimbang Metode Yamaha,
dikembangkan Genichi Kawakami bekerja sama dengan Yamaha
Music Foundation.
[sunting]Metode ternama lainnya
Selain empat
metode internasional ternama di atas, beberapa pendekatan lain juga
berpengaruh. Metode-metode yang kurang dikenal disebutkan di bawah:
[sunting]Teori Pembelajaran Musik Gordon
Metode ini
didasarkan pada penelitian dan uji coba lapangan yang ekstensif oleh Edwin
E. Gordon dan rekan-rekannya. Teori Pembelajaran Musik
memberikan guru musik sebuah metode lengkap untuk mengajar kemusisian melalui audiasi, istilah ciptaan Gordin untuk mendengar musik dalam
pikiran dengan pemahaman. Metode pengajaran membantu guru musik menetapkan tujuan
kurikulum berurutan sesuai dengan gaya dan keyakinan pengajaran mereka.[5]
[sunting]Pedagogi Musik Dunia
Pertumbuhan
keragaman budaya dalam populasi usia sekolah mendorong para pengajar musik dari
tahun 1960-an dan seterusnya mendiversifikasi konten kurikulum musik, dan
bekerja sama dengan etnomusikolog dan sejumlah seniman-musisi dunia dalam
menciptakan praktik instruksional yang relevan dengan tradisi musik. 'Pedagogi
musik dunia' dicetuskan oleh Patricia Shehan Campbell untuk menyebut konten
musik dunia dan praktik pada program musik sekolah dasar dan menengah. Perintis
gerakan ini, terutama Barbara Reeder Lundquist dan William M. Anderson,
memengaruhi generasi kedua pengajar musik (termasuk Bryan J. Burton, Mary
Goetze, Ellen McCullough-Brabson, dan Mary Shamrock) untuk merancang dan
menyalurkan model kurikulum ke guru-guru musik dari berbagai tingkatan dan
spesialisasi.
[sunting]Solfège Konversasional
Dipengaruhi
metodologi Kodály dan Teori Pembelajaran Musik Gordon, Conversational Solfège dikembangkan oleh Dr. John M. Feierabend, ketua
pendidikan musik di Hartt School diUniversitas
Hartford. Filsafat metode ini adalah memandang musik sebagai seni
aural dengan kurikulum berbasis literatur. Urutan metodologi ini melibatkan
proses 12 tahap untuk mengajar melek musik. Tahap-tahap tersebut meliputi pola
ritme dan nada dan memecahkan pola tersebut menggunakan silabel dan notasi.
Tidak seperti metode tradisional Kodály, metode ini mengikuti instruksi aktual
Kodály dan memakai urutan yang didasarkan pada lagu rakyat Amerika Serikat,
bukannya memakai urutan yang digunakan di Hongaria berdasarkan lagu rakyat
Hongaria.
[sunting]Metode
Carabo-Cone
Pendekatan
awal masa kecil yang kadang dikenal sebagai Pendekatan Sensori-Motor Terhadap
Musik ini dikembangkan oleh violinis Madeleine Carabo-Cone. Pendekatan ini
melibatkan pemakaian perlengkapan, kostum, dan mainan untuk anak-anak untuk
belajar konsep musik dasar berupa staf, durasi not, dan kibor piano. Lingkungan
konkret ruangan kelas yang dirancang secara khusus memungkinkan anak-anak
mempelajari dasar-dasar musik dengan mengeksplorasi melalui sentuhan.[6]
[sunting]MMCP
Artikel utama untuk bagian ini adalah: MMCP
Manhattanville
Music Curriculum Project dikembangkan tahun 1965 dan merupakan metode
alternatif dalam membentuk perilaku positif terhadap pendidikan musik.
Pendekatan kreatif ini berpusat pada pelajar menjadi musisi dan terlibat dalam
proses penemuan. Guru memberikan pelajar kebebasan untuk mencipta, mementaskan,
berimprovisasi, melakukan, meneliti, dan menyelidiki berbagai faset musik dalam
kurikulum spiral.
[sunting]Metode
O'Connor
Mark
O'Connor mengembangkan metode pendidikan biola[7][8] yang dirancang untuk memandu pelajar melalui perkembangan
teknik musik yang diperlukan untuk menjadi violinis yang mahir. Metode ini
terdiri dari serangkaian piece yang mencakup berbagai genre.[9] Sesi pelatihan guru didasarkan pada metode yang
diberlakukan di negaranya.
[sunting]Metode
Boss School
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Boss
School of Music
Pada masa
kejayaannya, Boss
School of Music di Mumbai mengembangkan metode pendidikan khusus[10] menggunakan teknologi
audio-visual, konsep yang disederhanakan dan peralatan musik yang
dirancang khusus.[11][12] Mereka melatih pelajar pemula untuk ujian kibor
elektronik bertingkat terstandardisasi yang diadakan Trinity
College London, dan memerlukan 3-6 bulan saja untuk melatih mereka
menggunakan metode sendiri,[13][10][14][15] yang dengan metode tradisional malah memakan 8 tahun.[10][13] Dr. Vidyadhar
Vyas, Kepala Departemen Musik Universitas
Mumbai mengklaim mereka telah "merevolusi"
pembelajaran musik dengan mengajarkan konsep musik rumit dalma waktu singkat.[10][13][15] Mereka juga melatih beberapa anak antara usia 6 dan 10
tahun untuk ujian Kibor Elektronik Tingkat 8 yang diadakan Trinity College, dan
setelah mereka lulus ujian, mereka disebut-sebut sebagai anak
berkemampuan istimewa.[16][17][18][19][20][21][22]Meski metode mereka tidak
terdokumentasikan secara formal, banyak musisi terkenal di Mumbai seperti Louis Banks mengakui bahwa sekolah tersebut telah mengembangkan
sebuah "teknik yang revolusioner".[10][12]
[sunting]Sejarah pendidikan musik di Amerika
Serikat
[sunting]Abad ke-18
Setelah
ceramah Pendeta Thomas Symmes, sekolah menyanyi pertama didirikan tahun 1717 di Boston dengan tujuan memperbaiki kemampuan menyanyi dan membaca
musik di gereja. Sekolah-sekolah menyanyi ini perlahan menyebar ke seluruh
koloni Amerika Serikat. Pendeta John Tufts menerbitkan An Introduction to the Singing of Psalm Tunes Using
Non-Traditional Notation yang dianggap sebagai buku teks musik pertama
di koloni ini. Antara tahun 1700 hingga 1820, lebih dari 375 buku nada
diterbitkan oleh para penulis seperti Samuel Holyoke, Francis Hopkinson,
William Billings, dan Oliver Holden.[23]
Musik mulai
menyebar sebagai pelajaran kurikuler ke distrik-distrik sekolah lainnya.
Segera, musik meluas ke semua jenjang sekolah dan pengajaran membaca musik
terus membaik sampai kurikulum musik tumbuh dan mencakup beberapa aktivitas
selain membaca musik. Pada akhir 1864, pelajaran musik di sekolah umum menyebar
ke seluruh Amerika Serikat.
[sunting]Abad ke-19
Tahun 1832, Lowell Mason dan George Webb membentuk Boston
Academy of Music dengan tujuan mengajarkan menyanyi dan teori,
serta metode mengajar musik. Mason menerbitkan Manuel of Instruction pada tahun 1834 yang didasarkan pada karya pendidikan
musik Pestalozzian System of Education yang didirikan oleh pengajar asal Swiss, Johann Heinrich
Pestalozzi. Buku ini perlahan banyak dipakai oleh guru-guru sekolah
musik. Sejak 1837-1838, Boston School Committee mengizinkan Lowell Mason
mengajar musik di Hawes School sebagai demonstrasi. Ini dianggap sebagai
pertama kalinya pendidikan musik diperkenalkan ke sekolah-sekolah umum di
Amerika Serikat. Pada tahun 1838, Boston School Committee menyetujui masuknya
musik ke kurikulum dan Lowell Mason menjadi pengawas musik dasar pertama yang
diakui komite. Pada tahun-tahun selanjutnya, Luther
Whiting Mason menjadi Pengawas Musik di Boston dan
menyebarkan pendidikan musik ke berbagai jenjang pendidikan umum (sekolah
bahasa, dasar, dan menengah). Selama pertengahan abad ke-19, Boston menjadi
model kota-kota lain di Amerika Serikat untuk memasukkan dan membentuk program
pendidikan musik di sekolah-sekolah umum.[24] Metodologi musik untuk guru sebagai sebuah kursus pertama
diperkenalkan di Normal School.
Konsep guru kelas di sekolah yang mengajarkan musik di bawah arahan seorang
pengawas musik menjadi model standar untuk pendidikan musik sekolah umum pada
abad itu. (lihat pula Pendidikan musik di Amerika Serikat)
[sunting]Awal
abad ke-20
Di Amerika
Serikat, perguruan tinggi keguruan dengan program sarjana empat tahun
dikembangkan dari Normal School dan mencakup pelajaran musik. Oberlin
Conservatory pertama kali memberikan gelar Bachelor of
Music Education. Osbourne G. McCarthy, seorang pengajar musik Amerika Serikat,
memperkenalkan detail mempelajari musik untuk mendapatkan kredit di Chelsea
High School. Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah pendidikan musik pada awal
abad ke-20 juga meliputi:
·
Pendirian
Music Supervisor's National Conference (berubah nama menjadi Music Educators
National Conference pada tahun 1934, kemudian MENC: The National Association for Music Education tahun 1998, dan saat ini The National Association for Music Education -
NAfME) di Keokuk, Iowa tahun 1907.
·
Munculnya
gerakan band dan orkestra sekolah yang berujung pada program musik sekolah yang
berorientasi pada pementasan.
·
Pertumbuhan
jumlah literatur metode musik.
·
Frances
Elliot Clark mengembangkan
dan mempromosikan perpustakaan rekaman fonograf untuk sekolah.
·
Carl Seashore dan ujian bakat musik Measures of Musical Talent-nya
mulai menguji orang-orang dalam bidang musik.
[sunting]Pertengahan abad ke-20 sampai 21
Tabel
berikut mengilustrasikan sejumlah perkembangan pesat dari periode ini:
Tanggal
|
Peristiwa
|
Peristiwa penting bagi
pendidikan musik
|
1950
|
The Child's Bill of Rights in Music[25]
|
Sebuah filsafat yang terpusat pada pelajar didukung secara
formal oleh MENC.
|
1953
|
Gerakan band semakin terorganisasi.
|
|
1957
|
Peluncuran Sputnik
|
Peningkatan fokus kurikulum terhadap sains, matematika,
teknologi dengan sedikit penekanan pada pendidikan musik.
|
1959
|
Tujuan proyek ini adalah menjadikan musik kontemporer relevan bagi
anak-anak dengan menempatkan komponis dan pementas berkualitas dalam
lingkungan pengajaran. Proyek ini menciptakan gerakan Comprehensive
Musicianship.
|
|
1961
|
Gerakan paduan suara semakin terorganisasi.
|
|
1963
|
Pengembangan pendidikan seni yang didukung pemerintah berfokus
pada literatur kelas musik berkualitas. Juilliard Project
berujung pada kompilasi dan penerbitan karya-karya musik dari berbagai era
sejarah untuk sekolah dasar dan menengah.
|
|
1965
|
Bantuan keuangan federal dan pengakuan nilai yang dimiliki musik
dalam masyarakat.
|
|
1967
|
Penetapan filsafat pendidikan musik yang bersatu dan eklektik.
Penekanan tertentu terhadap musik pemuda, musik pendidikan khusus, musik
perkotaan, dan musik elektronik.
|
|
1969
|
35 tujuan yang dibuat oleh MENC untuk menciptakan program
pendidikan musik berkualitas di sekolah umum, diterbitkan dan
direkomendasikan agar diikuti oleh semua pengajar musik.
|
|
1978
|
Menekankan dampak teori pembelajaran dalam pendidikan musik
dalam bidang: persepsi auditori, pembelajaran motor, perkembangan anak,
kemampuan kognitif, pemrosesan memori, pengaruh, dan motivasi.
|
|
1984
|
Becoming Human Through Music Symposium
|
"The Wesleyan Symposium on the Perspectives of Social
Anthropology in the Teaching and Learning of Music"
(Middletown, Connecticut, August 6–10, 1984). Menekankan pentingnya konteks
budaya dalam pendidikan musik dan dampak budaya terhadap cepatnya perubahan
demografi di Amerika Serikat.
|
1990
|
Multicultural Symposium in Music Education
|
Muncul dari kesadaran akan meningkatnya keragaman populasi
sekolah di Amerika Serikat, simposium tiga hari untuk guru musik ini
disponsori oleh MENC, Society for Ethnomusicology, dan Smithsonian
Institution, dengan tujuan memberikan model, material, dan metode untuk
mengajar musik dari berbagai budaya dunia untuk anak-anak sekolah dan kaum
pemuda.
|
1994
|
National Standards for Music Education
|
Hampir sepanjang 1980-an, muncul kampanye reformasi pendidikan
dan akuntabilitas semua pelajaran kurikulum. Hal ini mendorong MENC
memperkenalkan National Standards for Music Education.[26] Standar
MENC diadopsi oleh banyak negara bagian, sementara negara-negara bagian lain
telah membuat standar mereka sendiri atau mengabaikan standar ini.
|
1999
|
Mempelajari perubahan filsafat dan praktik dan memprediksi
bagaimana wajah pendidikan musik Amerika Serikat pada tahun 2020.
|
|
2007
|
Tanglewood II: Charting the Future[27]
|
Berefleksi pada 40 tahun perubahan pendidikan musik sejak
simposium Tanglewood pertama tahun 1967, mengembangkan deklarasi mengenai
prioritas selama 40 tahun selanjutnya.
|
Tawaran
kursus musik dan bahkan seluruh program sarjana dalam pendidikan
musik daring berkembang pada dasawarsa pertama abad ke-21
di banyak institusi, dan bidang pedagogi
musik dunia dan pedagogi musik
populer juga mengalami ekspansi besar.
[sunting]Standar dan penilaian
Standar
adalah pernyataan kurikulum yang dipakai untuk membantu pengajar menentukan
tujuan pengajaran mereka. Pemakaian standar semakin umum di banyak negara pada
abad ke-20. Sepanjang eksistensinya, kurikulum pendidikan musik di Amerika
Serikat ditentukan secara lokal atau oleh masing-masing guru. Pada beberapa
dasawarsa terakhir, muncul perpindahan besar untuk mengadopsi standar regional
dan/atau nasional. MENC: The National Association for Music Education,
membuat sembilan standar konten sukarela yang diberi nama National Standards for Music Education.[1] Standar ini mensyaratkan:
1. Menyanyikan repertoar musik yang bervariasi secara
sendiri dan bersama.
2. Mementaskan repertoar musik yang bervariasi secara
sendiri dan bersama.
3. Mengimprovisasi melodi, variasi, dan iringan.
4. Menggubah dan mengatur musik sesuai panduan yang
ditetapkan.
5. Membaca dan menotasi musik.
6. Mendengarkan, menganalisis, dan mendeskripsikan musik.
7. Menilai musik dan pementasan musik.
8. Memahami hubungan antara musik, seni lain, dan disiplin
di luar seni.
9. Memahami musik terkait dengan sejarah dan budaya.
Banyak
negara dan distrik sekolah menggunakan standarnya sendiri untuk pendidikan
musik.
Negara bagian Washington telah menguji penilaian pementasan berbasis kelas yang
mensyaratkan pelajar kelas 5 dan lebih tinggi untuk menggubah musik dalam satu
staf dan menyanyi sekilas lembar musik tanpa bantuan instrumen. Ini dirancang
untuk menilai standar yang diharapkan dimiliki oleh semua pelajar.[28] Menyanyi sekilas membaca adalah persyaratan belajar di
Washington untuk kelas 8. Negara bagian lain juga sedang mengevaluasi penilaian
pementasan seperti ini.
[sunting]Integrasi dengan pelajaran lain
Sejumalh
sekolah dan organisasi mempromosikan integrasi kelas-kelas seni, seperti musik,
dengan pelajaran lain, seperti matematika, sains, atau bahasa Inggris. Sering
diduga bahwa dengan mengintegrasi beberapa kurikulum akan membantu setiap
pelajaran terbentuk satu sama lain, sehingga memperbaiki kualitas pendidikan
secara keseluruhan. Pendidikan musik dapat memainkan peran penting dalam
perkembangan anak dan kegiatan skolastik mereka.
Salah satu
contohnya adalah program "Changing Education Through the Arts" dari Kennedy
Center. CETA mendefinisikan integrasi seni sebagai menemukan
hubungan alami antara satu bentuk seni atau lebih (tari, drama/teater, musik,
seni visual, bercerita, boneka, dan/atau tulisan kreatif) dan satu bidang
kurikulum atau lebih (sains, ilmu sosial, seni bahasa Inggris, matematika, dan
lain-lain) demi mengajar dan menilai tujuan dalam seni dan bidang pelajaran
lainnya. Ini memungkinkan fokus sekaligus terhadap mencipta, mementaskan,
dan/atau menanggapi seni namun masih membicarakan konten bidang pelajaran lain.[29]
The
Learning Maestros adalah sebuah perusahaan yang bertujuan
menciptakan karya musikal dan materi pendidikan interdisipliner baru yang
mengeksplorasi hubungan antara musik dan sains, literatur, seni visual, sejarah
alam, dan masalah sosial. Perusahaan ini didirikan oleh Julian Fifer dan
komponis Bruce Adolphe.
Karya-karya pendidikan interdisipliner ternama yang telah mereka ciptakan
bekerja sama dengan penulis dan ilmuwan adalah "Tyrannosaurus Sue: A
Cretaceous Concerto" (untuk Field Museum of Natural History, Chicago),
"Red Dogs and Pink Skies: A Musical Celebration of Paul Gauguin"
(bersamaan dengan pameran di Metropolitan Museum of Art, New York), "Self
Comes to Mind" (dibuat bersama ilmuwan saraf Antonio Damasio, dipentaskan
oleh Yo-Yo Ma di American Museum of Natural History, New York), "Let
Freedom Sing: the story of Marian Anderson" (dibuat bersama penulis
Carolivia Herron, dipentaskan oleh Washington National Opera),
"Zephyronia" (dibuat bersama penulis Louise Gikow, utuk Imani Winds),
dan "Witches, Wizards, Spells, and Elves: The Magic of Shakespeare"
(untuk Chicago Chamber Musicians dan Chicago Shakespeare Theater).
Lifelong Learning Programme 2007–2013 Uni Eropa telah mendanai tiga proyek yang memakai musik
untuk membantu pembelajaran bahasa. Lullabies of Europe (untuk prasekolah dan
pemula),[30] FolkDC (untuk sekolah dasar),[31] dan PopuLLar (untuk sekolah menengah)[32]
[sunting]Pentingnya pendidikan musik
Menurut
Florida Music Educators Association, “Musik dan seni rupa telah menjadi bagian
penting dari sistem pendidikan di setiap budaya selama lebih dari 3.000 tahun.
Otak manusia telah diperlihatkan sangat terikat dengan musik; ada dasar biologi
bahwa musik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Musik dan seni
mengitari kehidupan sehari-hari dalam budaya masa kini. Kebanyakan seniman,
arsitek, dan musisi zaman sekarang memperoleh ketertarikan mereka selama
sekolah melalui kelas seni rupa. Pendidikan tanpa seni rupa sangat miskin
secara mendasar dan lantas mendorong terciptanya masyarakat yang miskin." [33]
William
Earhart, mantan presiden Music Educators National Conference, mengatakan,
"Musik memperbaiki pengetahuan di bidang matematika, sains, geografi,
sejarah, bahasa asing, olahraga, dan pelatihan vokasional."[34] Musik tidak hanya menginspirasi kreativitas dan kinerja,
tetapi kinerja akademik secara keseluruhan terpengaruh secara serius. Sebuah
studi yang dilakukan Harris Poll menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang dengan gelar
pascasarjana pernah mengikuti pendidikan musik. Studi National Report of SAT
menunjukkan bahwa pelajar dengan pengalaman pementasan musik mendapat skor
tinggi pada ujian SAT: 57 poin lebih tinggi di verbal dan 41 poin lebih tinggi
di matematika.[35] Sekoalh-sekolah yang mempunyai kinerja akademik tinggi di
Amerika Serikat menghabiskan 20 sampai 30% anggaran mereka untuk seni dengan
penekanan pada pendidikan musik.[36]
Pendidikan
musik juga meningkatkan kesuksesan seseorang dalam masyarakat. Dalam setiap
budaya manusia, musik dibawa-bawa karena ide dan cita-citanya. Nilai musik membentuk
kemampuan seseorang dan karakternya mulai berkembang. Texas Commission on Drugs
and Alcohol Abuse Report mencatat bahwa pelajar yang berpartisipasi dalam band
atau orkestra mengalami masa hidup yang lebih pendek dan sering memakai zat-zat
berbahaya, termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan.[37]
Pendidikan
musik juga meningkatkan aktivitas otak secara keseluruhan. Penelitian yang
dilakukan di Universitas Wisconsin menemukan bahwa pelajar yang punya
pengalaman bermain piano atau kibor 34% lebih baik dalam mengerjakan tes yang
mengukur aktivitas lobus spasial-temporal, yaitu bagian otak yang dipakai saat
mengerjakan matematika, sains, dan teknik.[38]
Musik juga
memperbaiki cara belajar. Lebih spesifik lagi, musik membantu pengingatan
kembali teks. Wallace (1994) mempelajari pengubahan teks menjadi melodi. Satu
eksperimen menghasilkan lagu tiga bait dengan melodi non-repetitif; setiap bait
memiliki musik yang berbeda. Eksperimen kedua menghasilkan lagu tiga bait
dengan melodi repetitif; setiap bait memiliki musik yang sama. Eksperimen lain
mempelajari pengingatan kembali teks tanpa musik. Musik repetitif menghasilkan
pengingatan kembali teks dalam jumlah tinggi, dan dari situ diambil kesimpulan
bahwa musik berperan sebagai alat mnemonik.[39] Smith (1985) mempelajari musik latar dengan daftar kata.
Sebuah eksperimen melibatkan pengingatan daftar kata dengan musik latar. Para
peserta mengingat kata-kata tersebut 48 jam kemudian. Eksperimen lain
melibatkan pengingatan daftar kata tanpa musik latar. Para pesertanya juga
mengingat kata-kata tersebut 48 jam kemudian. Peserta yang mengingat daftar
kata dengan musik latar mengingat kembali lebih banyak kata sehingga diambil
kesimpulan bahwa musik memberikan acuan kontekstual.[40]
Perlu
diketahui bahwa, "Meski banyak studi memperlihatkan pengaruh positif di
bidang akademik lain, musik dan seni rupa adalah disiplin akademik yang,
seperti akademik lainnya, merupakan cara independen untuk belajar dan
mengetahui." [33] Sayangnya, musik di sekolah-sekolah dihapus akibat
pemotongan anggaran sekolah. Asisten Superintenden Kurikulum dan Instruksi
untuk Chesapeake Public Schools di Chesapeake, Virginia,[41] Dr. Patricia Powers menyatakan, "Tidak biasanya
melihat pemotongan program di bidang musik dan seni ketika ekonomi membaik.
Justru sayang sekali kehilangan dukungan di bidang-bidang ini, terutama sejak
program musik dan seni banyak berkontribusi positif terhadap masyarakat."
Apa yang tidak diketahui dewan sekolah adalah menghapus pelajaran musik dapat
menjatuhkan skor ujian karena dampak positifnya terhadap segala hal, mulai dari
akademik sampai kewarganegaraan, bahkan kebersihan pribadi.[34]
Musik
menjadikan siswa lebih sukses di sekolah. Kemampuan yang dipelajari melalui
disiplin musik, transfer ke kemampuan belajar, kemampuan komunikasi, dan
kemampuan kognitif bermanfaat di setiap bagian kurikulum sekolah. Partisipasi
dalam ansambel juga menjadikan siswa lebih sukses. Hal ini membantu siswa
belajar bekerja lebih efektif di lingkungan sekolah dan mengurangi tindakan
kekerasan dan perilaku tidak pantas lainnya.
Musik juga
membantu pelajar yang mengalami pertumbuhan kecerdasan. Studi lain juga
menemukan bahwa kecerdasan anak meningkat akibat pendidikan musik. Hal yang
baru adalah gabungan studi perilaku yang ketat dan riset saraf baru menunjukkan
bagaimana studi musik dapat berkontribusi aktif terhadap perkembangan otak.
Para peneliti di Universitas Montreal memakai berbagai teknik pencitraan otak
untuk menyelidiki aktivitas otak selama melakukan hal-hal berbau musik dan
menemukan bahwa membaca skor musik dan bermain musik mengaktifkan
wilayah-wilayah di keempat lobus korteks; dan bagian-bagian serebelum juga
menjadi aktif saat kegiatan itu dilakukan.
Studi lain
menemukan bahwa musik membantu penalaran. Musik membuat siswa sebagai pelajar
dan pemikir yang lebih baik.
[sunting]Advokasi musik
Di sejumlah
komunitas, dan bahkan seluruh sistem pendidikan nasional, musik mendapatkan
sedikit dukungan sebagai suatu pelajaran akademik, dan guru musik merasa bahwa
mereak harus aktif mencari dukungan publik untuk pendidikan musik sebagai
pelajaran yang sah. Persepsi perlunya mengubah opini publik ini berujung pada
pengembangan berbagai pendekatan yang umumnya disebut "advokasi
musik". Advokasi musik muncul dalam berbagai bentuk, beberapa di antaranya
didasarkan pada argumen sarjana dan temuan ilmiah yang sah, sementara contoh
lainnya bergantung pada data yang tidak meyakinkan dan masih kontroversial.
Di antara
proyek-proyek advokasi musik terkenal yang baru yang telah menjadi subjek
kontroversi adalah "Efek Mozart"
(yang sekarang diyakini merupakan teori yang didasarkan pada salah penafsiran
dan pembesar-besaran), National
Anthem Project, dan gerakan Cultural Diversity in Music Education yang berusaha mencari arti pedagogi setara di antara para
pelajar tanpa memandang ras, etnis, atau masalah sosioekonomi. Meski "Efek
Mozart" tergolong kontroversi, teori ini memiliki kebenaran dalam
membuktikan bahwa teori tersebut dapat diandalkan. Pengujiannya melibatkan dua
kelompok, satu kelompok sudah diajari musik dan satu lagi tidak. Ketika tes ini
dilakukan pada anak-anak berusia tiga tahun, uji temporal mereka 35% lebih baik
daripada mereka yang tidak diajari musik; tes ini berlangsung selama beberapa
hari. Satu-satunya celah dalam tes ini adalah kelompok usia yang berbeda.
Semakin tua usianya, semakin sedikit efeknya.[42]
Banyak
sarjana musik kontemporer menekankan bahwa advokasi musik hanya bisa benar-benar
efektif jika didasarkan pada argumen bunyi empiris yang memasuki motivasi
politik dan agenda pribadi. Posisi mengenai advokasi musik ini diusung khusus
oleh para filsuf pendidikan musik (seperti Bennett
Reimer, Estelle
Jorgensen, David
J. Elliott, John
Paynter dan Keith
Swanwick,), meski masih ada celah antara diskursus filsafat
pendidikan musik dan praktik aktual oleh guru-guru musik dan eksekutif
organisasi musik.
No comments:
Post a Comment