Friday, May 3, 2013

14. Organisasi dan metode Pergerakan Nasional Indonesia

Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia ;
·        Budi utomo adalah suatu organisasi yang didirikan oleh kalangan
terpelajar di sekolah kedokteran yang berasal dari priyayi Jawa yang
"baru" atau priyayi rendahan. Mereka memiliki pandangan bahwa
pendidikan adalah kunci untuk kemajuan. Dr. Wahidin Sudirohusodo
adalah tokoh yang membidani lahirnya
Budi Utomo melalui kegiatannnya
menghimpun dana beasiswa untuk
memberikan pendidikan Barat kepada
golongan priyayi Jawa. Kegiatan yang
dilakukan oleh Dr. Wahidin tersebut
disambut oleh Soetomo, seorang
mahasiswa School Tot Opleiding van
Indische Arsten (STOVIA) atau
Sekolah Dokter Jawa. Bersama rekan-rekannya dia mendirikan Budi Utomo
(BU) di Jakarta pada 20 Mei 1908. organisasi budi
utomo mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) bersifat lokal, sebab
anggotanya hanya terbatas pada orang jawa dan madura, kemudian
berkembang ke Bali, tidak meliputi seluruh wilayah Indonesia; (2) bersifat
moderat dan aristokratis, tidak bertindak radikal dalam memperjuangkan
tujuannya. Pada kongres Budi Utomo yang diselenggarakan pada 3-5
Oktober 1908, Tirto Kusumo diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar. dalam kongres tersebut juga
timbul dua kelompok, yaitu kelompok
pertama diwakili oleh golongan pemuda yang merupakan minoritas yang
cenderung menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintah
kolonial. Adapun kelompok kedua merupakan golongan mayoritasdiwakili oleh golongan tua yang menempuh perjuangan dengan cara
lama, yaitu sosiokultural (pendidikan, pengajaran dan kebudayaan).
Golongan minoritas yang berpandangan maju dalam organisasi ini
dipelopori oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo. Dr. Tjipto Mangunkusumo ingin
menjadikan Budi Utomo bukan hanya sebagai partai politik yang memen-tingkan rakyat, melainkan juga
sebuah organisasi yang kegiatannya ter-sebar di Indonesia, bukan hanya di Jawa dan Madura. Sementara
golongan tua menginginkan pembentukan dewan pimpinan yang
didominasi oleh para pejabat generasi tua. Golongan ini juga mendukung
pendidikan yang luas bagi kaum priyayi dan mendorong kegiatan
pengusaha Jawa. Tjipto terpilih sebagai seorang anggota dewan. Namun,
pada 1909 dia mengundurkan diri dan akhirnya bergabung dengan
Indische Partiij yang perjuangannya bersifat radikal.
Karakteristik Budi Utomo yang seperti demikian.
Walaupun pada awalnya organisasi Budi Utomo dikhususkan
untuk masyarakat Jawa dan Madura, namun Budi Utomo adalah
organisasi modern pertama dalam pergerakan nasional Indonesia yang
bertujuan untuk memajukan masyarakat pribumi dan usianya paling lama,
Budi Utomo merupakan organisasi perintis jalan untuk pertumbuhan
organisasi-organisasi politik lainnya. Budi Utomo merupakan fase perta-ma dari nasionalisme Indonesia,
menjadi inspirasi bangkitnya faham-faham kebangsaan Indonesia.
·        Sarekat Islam (SI) pada awalnya bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI), yaitu perkumpulan bagi pedagang Islam yang didirikan tahun 1911
di Solo, oleh H. Samanhudi. Organisasi ini mempunyai tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji Islam, serta agar para pedagang
Islam dapat bersaing dengan pedagang Barat maupun Timur Asing.
Sarekat Dagang Islam mengalami perkembangan cukup pesat,
hal ini terjadi karena:
1. Pedagang keturunan Tionghoa melakukan monopoli bahan-bahan
batik, ditambah pula dengan tingkah laku mereka yang tidak
mengenakkan pada pedagang pribumi;
2. Penyebaran agama Kristen yang merupakan tantangan bagi para
penganut Islam;
3. Adat lama yang bertentangan dengan ajaran Islam yang terus
dipertahankan di daerah Jawa, makin lama makin dirasakan seba-gai penghinaan terhadap umat Islam.
Pada Juni 1916, mengembangkan sebuah cita-cita terbentuknya
satu bangsa bagi penduduk Indonesia. Pada kongres 1917, SI mulai
dimanfaatkan oleh kekuatan lain untuk kepentingan politik tertentu dan
disusupi aliran revolusioner sosialis dengan tokohnya Semaun yang men-duduki ketua SI cabang Semarang. Dengan masuknya Semaun, tujuan
SI kemudian berubah menjadi membentuk pemerintah sendiri dan per-juangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat.
Pada tahun 1921, SI menetapkan bahwa seseorang harus memi-lih antara SI atau organisasi lain. Pilihan ini sebenarnya bertujuan untuk
membersihkan barisan SI dari unsur-unsur komunis. Dengan keputusan
tersebut, seseorang tidak mungkin menjadi anggota SI sekaligus menjadi
anggota PKI.
Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya perpecahan di tubuh
SI, dan berganti nama SI Merah dan SI Putih. SI Merah yang dipimpin
oleh Semaun berpusat di Semarang dan berazaskan komunis. Adapun SI
Putih dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang berlandaskan Islam.
Perkembangan selanjutnya SI berubah menjadi Partai Sarekat
Islam (PSI), sedangkan SI Merah menjadi Sarekat Rakyat yang kemudian
menjadi organisasi yang berada di bawah naungan PKI. PSI mempunyai
tujuan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan nasional. Karena tuju-annya yang jelas itulah maka PSI menggabungkan diri dengan
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI).
 Indische Partiij
Indische Partiij merupakan organisasi yang didirikan oleh orang
Indo dan anggotanya juga kebanyakan orang Indo, yaitu campuran orang
Indo dengan Pribumi. Didirikan oleh Dr. Ernest Francois Eugene Douwes
Dekker pada 25 Desember 1912. Dr. Ernest Francois Eugene Douwes
Dekker adalah seorang keluarga jauh Edward Douwes Dekker (Multatuli).
Dia kemudian bekerja sama dengan dua orang, Tjipto Mangunkusumo
dan Suwardi Suryaningrat. Ketiga tokoh ini dikenal dengan sebutan Tiga
Serangkai.
Indische Partiij menyatakan bahwa nasionalisme merupakan hal
paling penting dan oleh karena itu harus diperjuangkan. Partai ini juga
dengan tegas menyatakan harus dicapainya kemerdekaan Indonesia dari
pemerintah kolonial Belanda. Dalam perjuangannya, partai ini bersikap
radikal terutama dalam menghadapi sistem kolonial Belanda. Indische
Partiij menuntut dihapusnya eksploitasi rakyat dan oleh karena itu mereka
beranggapan bahwa penghapusan eksploitasi dapat dicapai apabila
123
Hindia Belanda memperoleh kemerdekaan sistem politik dan pemerintah-an yang demokratis.
Anggaran dasar Indische Partiij menetapkan tujuan membangun
lapangan hidup, menganjurkan kerja sama atas dasar persamaan ketata-negaraan, memajukan tanah air Hindia Belanda, dan mempersiapkan ke-hidupan rakyat merdeka. Indische Partiij berdiri atas dasar nasionalisme
yang menampung semua suku bangsa di Hindia Belanda dengan tujuan
akhir mencapai kemerdekaan. Paham kebangsaan ini kemudian diolah
dan dikembangkan oleh partai-partai lain, seperti Perhimpunan Indonesia
(PI) dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Karena keradikalan partai ini,
pemerintah kolonial bersikap keras
dan oleh karena itu tidak memberi
badan hukum. Sikap pemerintah kolo-nial semakin keras terutama setelah
setelah munculnya artikel Suwardi
Suryaningrat pada peringatan 100
tahun bebasnya negeri Belanda dari
jajahan Prancis. Artikel ini berjudul
"Als ik een Nederlander was"
(Andaikata aku seorang Belanda). Ar-tikel ini membuat pemerintah kolonial
Belanda marah dan disusul dengan
ditangkapnya ketiga tokoh Indische
Partiij yang kemudian diasingkan ke
Belanda.
Pada 4 Mei 1913, Indische Partiij dinyatakan sebagai partai
terlarang. Walaupun sudah dibubarkan, ketiga tokoh ini tetap berjuang.
Douwes Dekker tetap di jalur politik. Suwardi Suryaningrat yang kemudi-an lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara terjun dalam bidang
pendidikan. Adapun Tjipto Mangunkusumo meneruskan perjuangannya
yang radikal walaupun dalam beberapa waktu harus berjuang di dalam
penjara.
Meskipun organisasi ini berumur pendek, Indische Partiij telah
memberikan perlawanan gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Partai ini merupakan partai pertama yang menanamkan
paham kebangsaaan.
·        Partai Nasional Indonesia (PNI)
Partai Nasional Indonesia didirikan oleh kaum terpelajar, yang
dipelopori oleh Soekarno. Berdiranya PNI, tidak terlepas dari pengaruh
dilarangnya PKI oleh pemerintah kolonial.
Kaum terpelajar dan intelektual serta tokoh-tokoh perjuangan
lainnya berusaha memikirkan strategi yang harus dijalankan untuk
mencegah agar organisasi-organisasi baru tidak terperangkap pada
kendala yang sama. Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa kekerasan
dan radikalisme bukan jalan perjuangan yang baik dalam menghadapi
pemerintah kolonial.
Golongan terpelajar yang berada dalam Algemene Studie Club
Bandung pada 4 Juli 1927 mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di
Bandung. Organisasi yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. PNI didirikan
dengan tujuan untuk menampung orang-orang yang merasa aspirasinya
tidak terwakili dalam organisasi-organisasi politik yang ada saat itu.
Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia merdeka dengan asas
perjuangan berdiri di atas kaki sendiri, nonkooperasi, dan marhaenisme.
Sebagai sebuah organisasi
yang baru, PNI cepat berkembang dan
menarik perhatian banyak pihak. Hal
ini disebabkan karena adanya propa-ganda-propaganda yang dilakukan Ir.
Soekarno dengan mengusung tema
antara lain: karakter yang buruk dari
penjajah, konflik antara pengusaha
dan petani, "front sawo matang mela-wan front kulit putih," menghilangkan
ketergantungan dan menegakkan ke-mandirian, serta perlunya pembentuk-an negara dalam negara.
Propaganda-propaganda Ir. Soekarno yang menarik dukungan
masyarakat telah mengkhawatirkan pemerintah kolonial Belanda.
Gubernur Jenderal Belanda dalam pembukaan sidang Volksraad pada 15
Mei 1928 memberi peringatan kepada pemimpin PNI untuk menahan diri
dalam ucapan dan propagandanya. Karena tidak dihiraukan, pemerintah
kolonial Belanda segera mengadakan penangkapan terhadap para
pemimpin PNI, seperti Ir. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan
Supriadinata. Penangkapan itu terjadi pada 24 Desember 1929. Mereka
kemudian diajukan ke depan pengadilan Landraad di Bandung.
Pengadilan Ir. Soekarno dan rekannya dihadiri oleh banyak
kalangan, baik dari tokoh-tokoh pergerakan di luar maupun di dalam kota
Bandung. Pidato pembelaan Soekarno dikenal dengan Indonesia
Menggugat yang di dalamnya berisi antara lain pandangan Soekarno me-ngenai pergerakan nasional, pentingnya kemerdekaan bagi bangsa
Indoensia, dan dihapuskannya pemeritah kolonial.
Pengadilan tersebut menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara untuk
Soekarno, 2 tahun untuk Gatot Mangkuraja, 1 tahun 8 bulan untuk
Maskun dan 1 tahun 3 bulan untuk Supriadinata dengan tuduhan
melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban umum dan
menentang kekuasaan pemerintah.
Dipenjarakannya tokoh-tokoh penting PNI menimbulkan pemikiran
untuk membubarkan PNI, demi keselamatan para anggota, 1933.
Sementara itu, Mr. Sartono, melalui kongres luar biasa mendirikan partai
baru bernama Partai Indonesia (Partindo) dengan Sartono sebagai
ketuanya. Sedangkan Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir mendirikan
partai baru yaitu PNI Pendidikan (PNI Baru).
·        Partai Indonesia (Partindo)
Partindo berasaskan non kooperatif, konsep sosio-demokrasi dan
sosio-nasionalisme dari Ir. Soekarno diterima sebagai citacita yang dituju
Partindo. Partindo adalah partai politik yang menghendaki kemerdekaan
Indonesia yang didasarkan prinsip menentukan nasib sendiri, kebangsa-an, menolong diri sendiri, dan demokrasi. Partindo menekankan per-juangan radikal dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan penuh.
Kongres Partindo pada 15-17 Mei 1932 di Jakarta dihadiri oleh Ir.
Soekarno yang saat itu belum menjadi anggota. Dalam pidato tersebut,
Soekarno memunculkan slogan "Indonesia merdeka sekarang,"
"kerakyatan dan kebangsaan," dan "Persatuan Indonesia."
Pada kongres Juli 1933, Soekarno menjelaskan konsep Marhaen-isme. Pada dasarnya Marhaenisme menyukai perjuangan membela
rakyat kecil serta menekankan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keadilan
sosial untuk marhaen atau rakyat kecil. Sikap pemerintah kolonial Belanda terhadap Partindo semakin
keras. Pada 1933 dikeluarkan larangan bagi pegawai negeri untuk
menjadi anggota Partindo. Puncaknya adalah penangkapan Soekarno
pada 1 Agustus 1933 oleh Gubernur Jenderal De Jonge. Soekarno
kemudian dibuang ke Ende, Flores.
Setelah penangkapan tersebut, ruang gerak partai menjadi
sempit. Kongres yang rencananya akan diselenggarakan pada 30-31
Desember 1934 dilarang oleh pemerintah. Meskipun begitu, Partindo
berjalan terus sampai membubarkan diri pada 18 November 1936.

No comments:

Post a Comment