Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Manajemen
Pengetahuan (Bahasa
Inggris: Knowledge Management) adalah kumpulan perangkat,
teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi,
meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan
pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam
seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu
organisasi. Fokus dari MP adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk
menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya
menjadi pengetahuan.
Cut Zurnali (2008)
mengemukakan istilah knowledge management pertama sekali
digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai
topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan
pada tahun 1993. Akhir-akhir ini, konsep knowledge management mendapat
perhatian yang luas. Hal ini menyatakan secara tidak langsung proses
pentransformasian informasi dan intellectual assets ke dalam enduring
value. Knowledge management merupakan kekhususan
organisasi (organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah ekploitasi
dan pengembangan organizational knowledge assets kepada
tujuan-tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge management bukan
merupakan sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui
bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better).
Kegiatan manajemen pengetahuan
(MP) ini biasanya dikaitkan dengan tujuan organisasi semisal untuk mencapai
suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja,
keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi. Pada umumnya,
motivasi organisasi untuk menerapkan MP antara lain:
- Membuat pengetahuan terkait pengembangan produk
dan jasa menjadi tersedia dalam bentuk eksplisit
- Mencapai siklus pengembangan produk baru yang
lebih cepat
- Memfasilitasi dan mengelola inovasi dan
pembelajaran organisasi
- Mendaya-ungkit keahlian orang-orang di seluruh
penjuru organisasi
- Meningkatkan keterhubungan jejaring antara
pribadi internal dan juga eksternal
- Mengelola lingkungan bisnis dan memungkinkan para
karyawan untuk mendapatkan pengertian dan gagasan yang relevan terkait
pekerjaan mereka
- Mengelola modal intelektual dan aset intelektual
di tempat kerja
Pengetahuan bukanlah sekadar informasi.
Pengetahuan bersarang bukan di wadah tempat disimpannya informasi (semisal
basis data), melainkan berada di pengguna informasi bersangkutan. Terdapat
beberapa hal yang membedakan antara pengetahuan, informasi, dan data. Memahami beda
antara ketiganya sangatlah penting dalam memahami MP.
Transfer pengetahuan (salah
satu aspek dari manajemen pengetahuan) dalam berbagai bentuk, telah sejak lama
dilakukan. Contohnya adalah melalui diskusi sepadan dalam kerja,magang, perpustakaan perusahaan,
pelatihan profesional, dan program mentoring. Walaupun demikian
sejak akhir abad ke-20, teknologi tambahan telah diterapkan untuk melakukan
tugas ini, seperti basis pengetahuan, sistem
pakar, dan repositori pengetahuan.
Pengertian Manajemen
Pengetahuan
Mengutip pendapat Henczel
dalam Singh (2007), Cut Zurnali mengemukakan bahwa untuk mendefinisikan knowledge benar-benar
sulit sebagaimana menggabungkan banyakintangibles seperti
pengalaman (experience), intuisi (intuition), pertimbangan (judgement),
keahlian (skill), dan pelajaran yang dipelajari (lessons learned),
yang secara potensial memperbaiki berbagai tindakan. Knowledge merupakan
keadaan kognitif pikiran yang dicapai dengan menggabungkan pemahaman dan
kognisi (understanding and cognition). Hal ini sering ditunjukkan
sebagai penyusunan dan pendokumentasian knowledge seperti patents, databases, manuals, reports, procedures,
dan white papers.
Terdapat beberapa definisi
manajemen pengetahuan, yang dirangkum Singh dalam Cut Zurnali (2008), yaitu:
1. Menurut Dimttia dan Oder (2001), manajemen pengetahuan
adalah mengenai penggalian dan pengorganisasian pengetahuan untuk mengembangkan
organisasi yang menguntungkan dan lebih efisien. Secara terperinci Dimttia dan
Oder memaparkan bahwa manajemen pengetahuan merupakan proses menangkap keahlian
kolektif organisasional, di mana pun pengetahuan tersebut berada, baik di dalam
database, pada paper-paper, atau di kepala orang, dan kemudian mendistribusikan
pengetahuan tersebut ke mana pun agar dapat menghasilkan pencapaian yang
terbesar.
2. Menurut Wiig (1999), manajemen pengetahuan adalah
bangunan sistematis, eksplisit dan disengaja, pembaharuan, dan aplikasi
pengetahuan untuk memaksimalkan efektivitas yang berkenaan dengan pengetahuan
organisasi dan pengembalian kembali aset pengetahuan organisasi.
3. Menurut Townley (2001), manajemen pengetahuan adalah
seperangkat proses menciptakan dan berbagi pengetahuan ke seluruh organisasi
untuk mengoptimalkan pencapaian misi dan tujuan organisasi. Jadi, manajemen
pengetahuan adalah mengenai meningkatkan penggunaan pengetahuan organisasional
melalui praktik-praktik manajemen informasi dan pembelajaran organisasi untuk
mencapai keunggulan kompetetitif dalam pengambilan keputusan.
Knowledge Management System
Conceptual Model
Berdasarkan pendapat-pendapat
Denise (2007), Nonaka and Takeuchi (1995), Sarvary (1999), Choo (1998),
Davenport et al. (1998), dan Zarifian (1999), Cut Zurnali (2008) mencoba
mengungkap model konseptual sistem knowledge management. Model yang dikemukakan
memperhitungkan pengetahuan individual (individual knowledge) sebagai starting
point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian . Dan sejak informasi telah
menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan individual, maka
ia merupakan landasan dasar dari organisasi pengetahuan (knowledge
organization). Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa pengetahuan individual yang
muncul merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi, refleksi, dan
pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti (certain context). Selanjutnya perlu
dipertimbangkan juga pentingnya mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan
yang ada.
Oleh sebab itu, menurut Cut Zurnali (2008), pengetahuan individual diciptakan ketika informasi berjalan melalui proses internal yang mencakup interpretasi, refleksi dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada pada individu sehingga dapat diaplikasikan ke dalam situasi atau konteks baru. Agar mendorong individu memproses informasi untuk menciptakan pengetahuan, maka setiap proses pembelajaran harus punya arti. Sebuah sudut pandang yang jelas dari pengetahuan untuk dikembangkan merupakan sebuah keharusan untuk menstimulasi komitmen pada penciptaan dan pengoperasian pengetahuan tersebut. Pandangan bersama bekerja sebagai sebuah "mental map" yang menuntun para individu dalam tiga area yang berkorelasi, yaitu:
1. The world in which they live (dunia tempat mereka
hidup);
2. The world in which they must live (dunia tempat mereka
harus hidup); dan
3. Knowledge that needs to be developed in order to
follow the pathway between these two worlds (pengetahuan yang perlu untuk dikembangkan
agar untuk mengikuti lorong antara kedua dunia tempat mereka hidup dan dunia
tempat mereka harus hidup).
Lebih lanjut Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa untuk menciptakan pengetahuan organisasional maka pengetahuan individual (yang terdiri dari dua dimensi: a tacit dimension dan an explicit dimension) harus dieksternalisasikan. Penciptaan pengetahuan organisasional terjadi melalui konversi yang dikombinasikan dari setiap kedua dimensi, jadi mempromosikan pembelajaran kelompok dan penyebaran kepada seluruh level organisasional. Proses pentransformasian informasi ke dalam pengetahuan ditempatkan dalam tingkat internal individual, mencakup reflection, interpretation dan connection untuk later practical experimentation dalam konteks tepat.
Usaha keras organisasi untuk mengumpulkan dan menyediakan informasi tidak menjamin pemrosesan dan akses individual, oleh karena itu, tindakan yang menstimulasi akses dan menyebabkan pemrosesan informasi merupakan dasar dalam perputaran setiap tindakan praktis ke dalam perilaku alamiah untuk dimasukkan ke dalam sebuah budaya organisasional (the organisational culture). Pengetahuan individual harus ditransfer kepada individu dan kelompok lain agar dapat mempromosikan pengetahuan organisasional. Untuk ditransfer, pengetahuan harus dieksternalisasikan dengan memilikinya dan diinternalisasikan dengan kekurangannya, dengan penerapan utamanya pada tacit knowledge, sehinggai para kompetitor sulit menirunya. Nonaka and Takeuchi (1995) dalam Cut Zurnali (2008) menyatakan, transformasi pengetahuan individual ke dalam pengetahuan organisasional terjadi melalui sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), internalisasi (internalization) dan kombinasi (combination). Oleh karena itu setiap proses dapat menempatkan transformasi pengetahuan tersebut dari orang ke orang dan dari kelompok ke kelompok.
Oleh karena itu menurut Cut Zurnali (2008) tujuan dari knowledge management adalah untuk mengimplementasikan tindakan agar dapat memasok landasan pengetahuan organisasional yang untuk selanjutnya dapat mempromosikan pencapaian dari proses ketika landasan dari model konseptual knowledge management ditujukan. Menurut Cut Zurnali (2008), Model konseptual knowledge management menyajikan enam phase dari pelajaran pengetahuan yaitu:
1. Penciptaan arti atau visi bersama dari tujuan
pengembangan pengetahuan;
2. Penyediaan informasi;
3. Penginduksian pemrosesan internal bagi penciptaan
pengetahuan individual;
4. Pengkonversian pengetahuan individual ke dalam
pembelajaran kelompok;
5. Penyebaran pengetahuan ke level organisasional
lainnya; dan
6. Pengaplikasian pengetahuan secara praktis
Menurut Cut Zurnali (2008), cakupan yang muncul dari knowledge management secara luas memfokuskan pada tiga arus utama: Landasan pengetahuan (the nature of knowledge), aspek-aspek manajerial dan organisasional dari implementasinya (the organizational and managerial aspects of its implementation), dan cara dan maksud penciptaan dan penggunaan sistem pengelolaan pengetahuan (the ways and means of creating and utilizing knowledge management Systems).
Mengacu pada pendapat Nonaka and Takeuchi (1995), Day (2005), Jashapara (2005), dan Gupta, et. al.(2005), Cut Zurnali menambahkan bahwa arus the nature of knowledgediterima sebagai perbedaan antara eksplisit dan implisit dari pengetahuan. Porsi yang baik dari penelitian dalam knowledge management mengonsentrasikan pada cara ketika organisasi dapat mengekstrak dan menggunakan implicit knowledge. Arus aplikasi dan pengimplementasian manajerial dan organisasional pengetahuan dalam organisasi juga telah menaruh perhatian para periset. Sedikit model yang diajukan menggambarkan aliran pengetahuan dalam pengaturan organisasional.
Berdasarkan pendapat-pendapat Holsapple and Jones (2004, 2005), Rubenstein and Geisler (2003), dan Muthusamy and Palanisamy (2004), Cut Zurnali (2008) mengemukakan bahwa model rantai pengetahuan yang lebih advance yang menggambarkan aktivitas primer dan sekunder dari pengetahuan. Aktivitas primer meliputi, pembelian, penyeleksian, penghasilan, dan pengeluaran pengetahuan sedangkan aktivitas sekunder mencakup, pengukuran, pengontrolan, pengkoordinasiaan, dan kepemimpinan pengetahuan. Dalam model yang dikemukakan, disajikan usaha pengombinasian kedua kategori ini dari manfaat aktivitas organisasi dengan meningkatkan daya saing dalam lingkungan organisasi. Arus ke tiga, memfokuskan pada penciptaan, pengimplementasian dan penggunaan knowledge management systems, dipandang secara utama sebagai sebuah topik organisasi dari adopsi dan adaptasi, aliran penelitian ini juga mencakup pengujian pertambahan nilai dari adopsi dan pemanfaatan knowledge management systems.
Sistem Pakar (Expert System)
dalam Knowledge Management
Sistem pakar (expert system)
merupakan salah satu teknologi andalan dalam knowledge management, terutama
melalui empat alur skema penerapan atau aplikasi dalam suatu organisasi, yaitu:
1. Case-based reasoning (CBR) yang merupakan representasi
knowledge berdasarkan pengalaman, termasuk kasus dan solusinya;
2. Rule-based reasoning (RBR) mengandalkan serangkaian
aturan-aturan yang merupakan representasi dari knowledge dan pengalaman
karyawan/manusia dalam memecahkan kasus-kasus yang rumit yang sedang dihadapi;
3. Model-based reasoning (MBR) melalui representasi
knowledge dalam bentuk atribut, perilaku, antar hubungan maupun simulasi proses
terbentuknya knowledge;
4. Constraint-satisfaction reasoning yang merupakan
kombinasi antara Rule-based reasoning (RBR) dan Model-based reasoning (MBR).
Di dalam konfigurasi yang demikian, dimungkinkan pengembangan knowledge management di salah satu unit organisasi dokumentasi dan informasi dalam bentuk:
1. Proses mengoleksi, mengorganisasikan,
mengklasifikasikan, dan mendiseminasikan (menyebarkan) knowledge ke seluruh
unit kerja dalam suatu organisasi agar knowledge tersebut berguna bagi siapapun
yang memerlukannya,
2. Kebijakan, prosedur yang dipakai untuk mengoperasikan
database dalam suatu jaringan intranet yang selalu up-to-date,
3. Menggunakan ICT (Information and Communication
Technology) yang tepat untuk menangkap knowledge yang terdapat di dalam pikiran
individu sehingga knowledge itu bisa dengan mudah digunakan bersama dalam suatu
organisasi,
4. Adanya suatu lingkungan untuk pengembangan aplikasi
sistem pakar (expert systems);
5. Analisis informasi dalam databases, data mining atau
data warehouse sehingga hasil analisis tersebut dapat segera diketahui dan
dipakai oleh lembaga,
6. Mengidentifikasi kategori knowledge yang diperlukan
untuk mendukung lembaga, mentransformasikan basis knowledge ke basis yang baru,
7. Mengkombinasikan pengindeksan, pencarian knowledge
dengan pendekatan semantics atau syntacs,
8. Mengorganisasikan dan menyediakan know-how yang
relevan, kapan, dan bila mana diperlukan, mencakup proses, prosedur, paten,
bahan rujukan, formula, best practices, prediksi dan cara-cara memecahkan
masalah. Secara sederhana, intranet, groupware, atau bulletin boards adalah
sarana yang memungkinkan lembaga menyimpan dan mendesiminasikan knowledge,
9. Memetakan knowledge (knowledge mapping) pada suatu
organisasi baik secara on-line atau off-line, pelatihan, dan perlengkapan akses
ke knowledge.
Birkinsaw dalam Cut Zurnali (2008) juga menggaris bawahi tiga keadaan yang sangat memengaruhi berhasil atau tidaknya knowledge management yaitu:
1. Penerapannya tidak hanya menghasilkan knowledge baru,
tetapi juga untuk mendaur-ulang knowledge yang sudah ada.
2. Teknologi informasi belum sepenuhnya bisa menggantikan
fungsi-fungsi jaringan sosial antar anggota organisasi.
3. Sebagian besar organisasi tidak pernah tahu apa yang
sesungguhnya mereka ketahui, banyak knowledge penting yang harus ditemukan
lewat upaya-upaya khusus, padahal knowledge itu sudah dimiliki sebuah
organisasi sejak lama.
Dengan demikian, knowledge management akan membuat berbagi informasi (shared information) tersebut menjadi bermanfaat. Knowledge management termasuk strategi dari tanggung jawab dan tindak lanjut (commitment), baik untuk meningkatkan efektivitas organisasi maupun untuk meningkatkan peluang/kesempatan.
Tujuan dari knowledge management adalah meningkatkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan proses inti lebih efisien. Davenport et.al (1988) dalam Cut Zurnali (2008) menjelaskan sasaran umum dari sistem knowledge management dalam praktik adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan knowledge: Knowledge diciptakan seiring
dengan manusia menentukan cara baru untuk melakukan sesuatu atau menciptakan
know-how. Kadang-kadang knowledge eksternal dibawa ke dalam
organisasi/institusi;
2. Menangkap knowledge: Knowledge baru diidentifikasikan
sebagai bernilai dan direpresentasikan dalam suatu cara yang masuk akal dan
dapat dicerna;
3. Menjaring knowledge: Knowledge baru harus ditempatkan
dalam konteks agar dapat ditindaklanjuti. Hal ini menunjukkan kedalaman manusia
(kualitas tacit) yang harus ditangkap bersamaan dengan fakta explicit;
4. Menyimpan knowledge: Knowledge yang bermanfaat harus
dapat disimpan dalam format yang baik dalam penyimpanan knowledge, sehingga
orang lain dalam organisasi dapat mengaksesnya atau menggunakannya;
5. Mengolah knowledge: Sebagaimana sebuah perpustakaan
(library), knowledge harus dibuat up-to-date. Hal tersebut harus di review
untuk menjelaskan apakah knowledge tersebut relevan atau akurat.
6. Menyebarluaskan knowledge: Knowledge harus tersedia
dalam format yang bermanfaat untuk semua orang atau anggota dalam organisasi
yang memerlukan knowledge tersebut, di mana pun dan tersedia setiap saat.
Tipe Proyek Manajemen
Pengetahuan
Studi yang dilakukan oleh
Davenport (Davenport
& De Long 1999) mengidentifikasi empat tipe besar proyek manajemen
pengetahuan terkait pada titik tekan yang dimilikinya:
1. Menciptakan
simpanan pengetahuan
Penekanannya adalah pada
menangkap pengetahuan dan untuk memperlakukan pengetahuan sebagai suatu entitas
yang terpisah dari orang-orang yang menciptakan dan menggunakannya. Maka yang
dilakukan adalah membuat dokumen yang berisi pengetahuan yang telah direkam dan
menyimpannya di suatu simpanan di mana dia bisa dengan mudah diakses.
2. Meningkatkan
akses terhadap pengetahuan dan transfer atasnya
Menekankan pada aktivitas
penyediaan akses ke pengetahuan atau memfasilitasi transfer pengetahuan antar
individu. Dalam hal ini, kesulitannya biasanya terletak pada bagaimana
menemukan orang dengan pengetahuan yang dibutuhkan dan lalu secara efektif
mentransfernya ke orang lainnya. Hal ini juga akan tergantung pada peningkatan
kapabilitas teknologi organisasi bersangkutan. Aktivitas dari proyek ini
biasanya berbasis komunal, semisal berbentuk: komunitas online atau komunitas
tatap muka, workshop, seminar, sistem konferensi video desktop, scan dokumen
dan perangkat berbagi lainnya.
3. Menyuburkan
lingkungan pengetahuan
Proyek ini terkait aktivitas
membangun lingkungan berkontribusi untuk penciptaan, penyebaran, dan penggunaan
pengetahuan yang lebih efektif. Aktivitas yang tercakup di sini semisal
pembentukan kesadaran dan pembudayaan perhatian terkait pentingnya berbagi
pengetahuan. Termasuk juga di dalamnya adalah bagaimana mengubah perilaku dan
memberikan insentif untuk berbagi pengetahuan.
4. Mengelola
pengetahuan sebagai suatu aset
Fokusnya di sini adalah pada
memperlakukan pengetahuan sebagaimana aset lain di neraca keuangan. Namun sifat
pengetahuan yang tidak secara konkret berwujud memang membuatnya sangat susah
untuk ditransformasi dan diestimasi dalam konteks finansial.
[sunting]Lihat pula
Referensi
- Davenport, T; De Long, D (1999).
"Successful Knowledge Management Projects". The
Knowledge Management Yearbook 1999-2000.
Bacaan lanjutan
Buku
- Bhagat, P. M. (2005), Pattern
Recognition in Industry, Elsevier, ISBN
0-08-044538-1.
- Boisot, M. (1998), Knowledge
Assets, Oxford, ISBN
0-19-829086-1.
- Bontis, N. (2002), World Congress
on Intellectual Capital Readings, Elsevier Butterworth-Heinemann , ISBN
0-7506-7475-X.
- Callaghan, J. (2002), Inside
Intranets & Extranets: Knowledge Management and the Struggle for Power,
Palgrave Macmillan, ISBN
0-333-98743-8.
- Choo, C. & Bontis, N. (2002), The
Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge ,
Oxford University Press, ISBN
0-19-513866-X.
- Clare, M. and Detore A. (2000), Knowledge
Assets Professional's Guide to Valuation and Financial Management,
Apsen Publishers, ISBN
0-15-607000-6.
- Collison, C. & Parcell, G (2004), Learning
to Fly - Practical Knowledge Management From Leading and Learning
Organizations, Capstone Publishing, ISBN
1-84112-509-1
- Cross, R. and Parker, A. (2004), The
Hidden Power Of Social Networks, Harvard Business School Press,
Boston, Mass, ISBN
1-59139-270-5.
- Davenport, T. and Prusak, L. (1997), Working
Knowledge, Harvard 1998, ISBN
0-87584-655-6.
- Drucker P. F., D. Garvin, D. Leonard, S.
Straus and J. S. Brown (1998), Harvard Business Review on
Knowledge Management, HBS Press, ISBN
0-87584-881-8.
- Edvinsson, L. and Malone, M. (1997), Intellectual
Capital: Realising Your Company’s True Value by Finding its Hidden
Brainpower. New York: HarperBusiness, ISBN
0-88730-841-4.
- Dixon, N. M. (2000), Common
Knowledge: How Companies Thrive by Sharing What They Know, Harvard
Business School Press, Boston, MA, ISBN
0-87584-904-0.
- Becerra-Fernandez, I., A. González and R.
Sabherwal (2004), Knowledge Management: Challengers, Solutions and
Technologies, ISBN
0-13-101606-7.
- Garvin, D. A. (2000), Learning in
Action: A Guide to Putting the Learning Organization to Work, Harvard
Business School Press, Boston, MA, ISBN
1-57851-251-4.
- Easterby-Smith, M. and M. A. Lyles
(editors). (2003). The Blackwell Handbook of Organizational
Learning and Knowledge Management, Oxford, Blackwell Publishing, ISBN
0-631-22672-9.
- Malhotra, Y. (2000), Knowledge
Management and Virtual Organizations, Idea Group Publishing, Hershey,
PA, ISBN
1-878289-73-X.
- Malhotra, Y. (2001), Knowledge
Management and Business Model Innovation, Idea Group Publishing,
Hershey, PA, ISBN
1-878289-98-5.
- Nonaka, I. and Takeushi, H. (1995), The
Knowledge-Creating Company, New York: Oxford University Press.
- Frid, R. (2004), Frid Framework
for Enterprise Knowledge Management: A Common KM Framework for the
Government of Canada, IUniverse Publishing, ISBN
0-595-30699-3.
- O'Dell, C. and C. J. Grayson Jr. (1998), If
Only We Knew What We Know: The Transfer of Internal Knowledge and Best
Practice, Free Press, New York, ISBN
0-684-84474-5.
- Polanyi, M. (1967), The Tacit
Dimension, Doubleday, Garden City, NY, ISBN
0-385-06988-X.
- Rumizen, M. C. (2001), Complete
Idiot's Guide to Knowledge Management, Alpha, ISBN
0-02-864177-9.
- Schwartz, D, editor (2005), Encyclopedia
of Knowledge Management, Idea Group Reference, ISBN
1-59140-574-2.
- Stankosky, M., editor (2004), Creating
the Discipline of Knowledge Management: The Latest in University Research,
Butterworth-Heinemann, ISBN
0-7506-7878-X
- Sveiby, K. E. (1997), The New
Organizational Wealth: Managing & Measuring Knowledge-Based Assets, Berrett-Koehler, ISBN
1-57675-014-0.
- Suresh, J. K. and Mahesh, K. (2006), Ten
Steps to Maturity in Knowledge Management: Lessons in Economy,
Chandos, Oxford, UK, ISBN
1-84334-130-1.
- Stewart, T. (1997) Intellectual
Capital: The New Wealth of Organisations, New York: Doubleday, ISBN
0-385-48228-0.
- Tiwana, A. (2002), The Knowledge
Management Toolkit: Orchestrating IT, Strategy, and Knowledge Platforms (2nd
Edition), Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2002, ISBN
0-13-009224-X.
- Wissensmanagement Forum (Hg.): An
Illustrated Guide to Knowledge Management, Graz 2002, URL: http://www.wm-forum.org [1]
[sunting]Artikel
- Bontis, N., Dragonetti, N., Jacobsen, K.
and G. Roos. (1999) "The Knowledge Toolbox: A review of the tools
available to measure and manage intangible resources", European
Management Journal, 17, 4, 391-402.
- Bontis, N. (1999). "Managing
Organizational Knowledge by Diagnosing Intellectual Capital: Framing and
advancing the state of the field", International
Journal of Technology Management,18, 5/6/7/8, 433-462.
- Bontis, N. (2002). "The rising star
of the Chief Knowledge Officer", Ivey Business Journal, March/April,
20-25.
- Cut Zurnali (2008), http://www.modusaceh.com/html/read/opini/297/membangun-universitas-berkelas-dunia.html/
- Hansen, M. R., N. Nohria and T. Tierney
(1999). 'What's your strategy for managing knowledge?' Harvard
Business Review (March-April).
- Powell, J and Swart, J (2005) "This
is what the fuss is about"- a systemic modeling for organizational
knowing , Journal
of Knowledge Management Vol . 9 no. 2 pp 45-58
- Powell, J and Swart, J (2005) "Men
and Measures" - capturing knowledge requirement in firms through
qualitative system modeling, Journal of Operational Research.
- Snowden, D J. "Complex Acts of
Knowing: Paradox and Descriptive Self-Awareness." Journal of
Knowledge Management, Special Issue 6, no. 2 (2002): 100-11.
- Swart, J (2006) "Intellectual
Capital" : Disentangling an enigmatic concept, Journal of
Intellectual Capital Vol 7 No 2 pp 136-159 .
- Wilson, T.D. (2002) "The nonsense of
'knowledge management'" Information Research, 8(1), paper no. 144 [2]
- Bellenger, Gene (2002) "Emerging
Perspectives", Systems Thinking Knowledge Management
- Emerging Perspectives
- Ekbia, H. and Hara, N. (2004) The Quality
of Evidence in Knowledge Management Literature: the Guru Version. [3]
- Knorr-Siedow, T. (2005) Knowledge
management and enhanced policy application; in: Van Kempen, R. et alter:
Restructuring large housing estates in Europe, Bristol, pp 321-341
- Woinowska, A (2007) Knowledge management in a production
enterprise
No comments:
Post a Comment